Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97% year-on-year (yoy). Pertumbuhan tersebut mengalami kontraksi 2,41% dibandingkan triwulan IV 2019.
Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan bahwa penting bagi pemerintah untuk menggerakkan sektor riil saat ini. Selain itu perlu juga adanya insentif lebih dari pemerintah guna menggeliatkan kembali perekonomian.
"Penurunan harga gas belum terjadi, industri kimia dasar dan industri lainnya belum mendapatkan penurunan harga gas dari PGN. Juga kita sedang mengajukan support agar ada penurunan harga listrik dari PLN. Ini akan membantu kita untuk survival," tutur Michael saat dihubungi Kontan.co.id pada Selasa (5/5).
Menurut Michael menggenjot konsumsi kalangan masyarakat menengah dan atas tidak cukup untuk menggenjot PDB ke depan.
"Mayoritas penduduk Indonesia masih menengah ke bawah, drivernya masih dari situ. Kalau tidak salah sekitar 70% penduduk Indonesia ada di kelas menengah ke bawah," imbuhnya.
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi lesu, CORE desak pemerintah turunkan harga BBM, listrik, dan gas
Ditambahkannya bulan April saja sudah mulai terasa industri bergerak slowing down. Beberapa jenis industri bahkan disebut Michael sudah mengurangi kapasitas secara drastis ataupun tutup sementara karena tidak bisa menjual finished good mereka.
"Dari data yang saya punya, di April ini industri mulai berasa sangat slowing down, ada beberapa jenis industri mengurangi kapasitas secara drastis ataupun tutup sementara karena tidak bisa menjual finished good mereka. Terutama yang berkaitan dengan konstruksi dan otomotif, seperti industri kaca, keramik, ban, aki mobil ataupun motor, dan lainnya," ungkap Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News