kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.567.000   7.000   0,45%
  • USD/IDR 15.703   0,00   0,00%
  • IDX 7.574   4,17   0,06%
  • KOMPAS100 1.170   -1,95   -0,17%
  • LQ45 921   -3,22   -0,35%
  • ISSI 231   0,26   0,11%
  • IDX30 474   -2,28   -0,48%
  • IDXHIDIV20 568   -1,28   -0,23%
  • IDX80 133   -0,19   -0,14%
  • IDXV30 141   0,91   0,65%
  • IDXQ30 158   -0,72   -0,45%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksi Masih Berkisar 5% pada 2024-2025


Kamis, 16 Mei 2024 / 14:40 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksi Masih Berkisar 5% pada 2024-2025
ILUSTRASI. Ekonomi Indonesia diproyeksi masih tumbuh di sekitar 5% pada 2024 dan 2025. ./pho KONTAN/CCcarolus Agus Waluyo/03/04/2023.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diproyeksi masih tumbuh di sekitar 5% pada 2024 dan 2025. Sejumlah lembaga internasional seperti IMF, World Bank, ADB, OECD dan Fitch Ratings memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level sekitar 5% pada tahun 2024-2025.

Ekonom Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB), Arief Ramayandi memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada level 5% pada tahun 2024 dan 2025.

Dalam prediksinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Asia Tenggara masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia, Singapura dan Thailand pada periode tersebut.

Arief menyampaikan permintaan dalam negeri atau domestic demand menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Permintaan dalam negeri tersebut akan menghilangkan dampak negatif dari ekspor neto Indonesia yang masih tertekan.

Baca Juga: Ekonomi RI Pulih Lebih Cepat dari Krisis Covid-19, Sri Mulyani Sampai Tak Menyangka

Ia menjelaskan bahwa risiko dari proyeksi yang dilakukan ADB untuk 2024 adalah kondisi eksternal yang masih lemah, sehingga menekan permintaan ekspor itu. Akan tetapi, pada saat yang sama kondisi positif datang dari Pemilu yang berjalan relatif dan lancar.

"Untuk tahun 2025 kita harap permintaan ekspor mulai membaik. Jika hal ini terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini ditopang oleh permintaan domestik mulai bisa didukung dari permintaan ekspor," kata  Arief dalam agenda Asian Development Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (16/5).

Selain itu, Arief menerangkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia penting untuk mengedepankan produktivitas tenaga kerja. Menurutnya, beberapa tantangan ke depan soal tenaga kerja perlu didorong lebih optimal.

"Dalam report kami, salah satu tantangan pembangunan jangka menengah panjang adalah kondisi produktivitas ketenagakerjaan kita yang masih belum kompetitif, serta komposisi tenaga kerja yang didominasi masyarakat berpendidikan relatif rendah," ujarnya.

Ia mengimbau agar pemerintah mampu meningkatkan level pendidikan dan keahlian tenaga kerja yang ada baik formal maupun informal, di saat yang sama pemerintah juga perlu meningkatkan kesempatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang sifatnya skill intensif.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2024 mencapai level 4,9%-5%. Sementara untuk 2025 berkisar 5%-5,2%.

Baca Juga: Ekonom Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Prabowo-Gibran Sulit Tercapai

Ronny menerangkan, perekonomian Indonesia utamanya masih ditopang dari consumption based untuk tahun ini dan tahun depan. 

Melihat faktor itu, Ia mengatakan akhirnya bisa dipahami alasan pemerintah mengalokasikan anggaran bansos (bantuan sosial) yang cukup besar, karena tekanan daya beli masyarakat akibat kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok, namun konsumsi harus tetap dijaga.

"Dan bansos adalah cara paling mudah dan cepat untuk mempertahankan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama dalam bentuk BLT (bantuan langsung tunai)," kata Ronny kepada Kontan, Kamis (16/5).

Selain itu, belanja pemerintah akan menjadi penopang pertumbuhan lainya yang dalam beberapa tahun terakhir kontribusinya sangat besar dalam menahan agar pertumbuhan tidak turun lebih rendah. Diikuti investasi dan ekspor yang keduanya sebenarnya sedang dalam keadaan tertekan.

Ronny juga menjelaskan, secara sektoral  hilirisasi berbagai komoditas strategis nasional, ekonomi digital, pariwisata, dan pengembangan ekonomi hijau, bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.

"Baik dari sisi kontribusinya kepada PDB maupun pada tingkat penyerapan tenaga kerjanya," tuturnya.

Lebih lanjut, Ronny mengungkapkan ada lima tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertama, menjaga daya beli. Artinya, bansos harus dipastikan bisa  benar-benar menjadi bantalan agar daya beli kelas menengah ke bawah tidak menurun drastis. 

Kedua, menurunkan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) nasional, agar biaya investasi menjadi lebih murah.

Ketiga, tekanan eksternal, terutama penurunan permintaan atas komoditas ekspor nasional, pelemahan nilai mata uang, dan kenaikan suku bunga the Fed.

Keempat, memperluas pasar ekspor.  Caranya dengan menemukan pasar baru selain pasar tradisional yang selama ini menopang ekspor Indonesia dan meningkatkan daya saing produk-produk ekspor Indonesia. 

"Dan tantangan kelima adalah meningkatkan kualitas SDM nasional. SDM yang berkualitas adalah sumber pertumbuhan yang berkelanjutan," tutupnya. 

Dalam riset Kontan, berikut proyeksi lembaga asing soal pertumbuhan ekonomi Indonesia:

1. Asian Development Bank (ADB): 5% (2024-2025)

2. Fitch Ratings: 4,9% (2024) dan 5,3% (2025)

3. International Monetary Fund (IMF): 5% (2024) dan 5,1% (2025)

4. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD): 5,1% (2024) dan 5,2% (2025)

5. World Bank: 4,9% (2024-2025)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×