kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bisa di bawah 5%


Kamis, 10 Oktober 2019 / 19:24 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bisa di bawah 5%
ILUSTRASI. Kointainer-kontainer di Pelabuhan Labuan Bajo, Sabtu (21/9). (Kontan/Lidya Yuniartha).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada  2019 ini hanya bisa mencapai 5%. Namun, Institute For Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi bahwa PDB Indonesia bahkan bisa lebih rendah dari itu.

Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, pertumbuhan Indonesia pada 2019 bahkan bisa 4,9%. Hal ini disebabkan oleh berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia pada tahun ini.

Baca Juga: Bank Dunia pangkas prospek pertumbuhan ekonomi, ini yang perlu dilakukan pemerintah

"Bisa ada di titik itu kalau progres hingga pada kuartal III-2019 tidak segera dimitigasi. Apalagi saat ini kalau mau lebih melihat lagi, banyak lay off yang terjadi di berbagai industri," ujar Enny kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10).

Bila menurut Ekonom Indef Bhima Yudhistira, pertumbuhan yang di bawah 5% tersebut disebabkan oleh kinerja investasi yang melambat dan konsumsi rumah tangga yang tertekan oleh pelemahan harga komoditas.

Menurut Bhima, ada juga beberapa faktor kompleks yang mendorong hal itu, seperti instabilitas politik, beberapa tarif layanan publik pada tahun 2020 yang akan naik, dan juga target penerimaan pajak yang tinggi.

Baca Juga: Ini yang perlu dilakukan pemerintah agar pertumbuhan ekonomi di atas 5%

Meski begitu, Bhima juga menawarkan solusi untuk terus mempertahankan kinerja ekonomi Indonesia. Menurut Bhima, perlu adanya optimalisasi peran bantuan sosial (bansos) untuk menjaga daya beli masyarakat di lapisan pengeluaran paling bawah.

Kedua, bisa juga ditingkatkan kestabilan di dalam Indonesia. Kestabilan ini menyangkut fiskal dan moneter yang bisa dilakukan dengan memperkuat koordinasi fiskal dan moneter dalam rangka stimulus ke sektor riil.

Kestabilan ini juga menyangkut tentang keamanan dan politik yang dipandang Bhima untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan investor agar bisa pulih.

Selanjutnya, melihat perkembangan teknologi, Bhima melihat perlunya pemaksimalan peran ekonomi digital dan unit mikro kecil menengah (UMKM) yang bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi di saat ekspor dan investasi asing sedang rendah.

Baca Juga: Prospek ekonomi tertekan, pengusaha pilih tahan ekspansi gencarkan efisiensi

Sementara Enny lebih menyoroti soal peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia. Menurut Enny, saat ini pemerintah masih terlalu fokus kepada investor baru.

"Menarik investor baru itu penting, tetapi menjaga confident pelaku usaha yang sudah lama itu lebih perlu. Karena mereka ini tidak harus dari awal, tetapi bagaimana caranya agar mereka tetap ada dan tetap eksis dan nantinya berdampak pada pertumbuhan ekonomi," kata Enny.

Selain itu, Enny juga mengimbau agar pemerintah bisa mengerem barang-barang asing yang masuk, karena saat ini Indonesia dibanjiri oleh produk dari China yang relatif lebih murah sehingga ada potensi industri dalam negeri untuk tergerus.

Baca Juga: Beijing desak AS menyetop tekanan terhadap perusahaan China termasuk ke Huawei

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×