Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2025 akan dikisaran 0,5%-1,3% dari produk domestik bruto (PDB).
Proyeksi BI ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan defisit transaksi berjalan sebesar 1,5% dari PBD pada tahun 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, perkiraan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dari proyeksi IMF tersebut telah diperhitungkan berdasarkan sejumlah asesmen, dengan melakukan analisa dinamika kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada berbagai negara, termasuk China,
Perry tidak menampik, kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan AS tentunya berdampak kepada seberapa besar ekspor Indonesia ke AS dan sebaliknya. Serta dampak tidak langsung ekspor Indonesia kepada Tiongkok.
"Dinamika kebijakan tarif ini terus berlangsung dan tentu saja perlu dilakukan assessment lebih lanjut. Tapi ada tiga hal yang mendasari keyakinan kami, optimisme kami bahwa stabilitas eksternal ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi gejolak global tadi," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).
Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Melebar Tahun 2025 Ini
Adapun tiga hal yang dimaksud Perry adalah; pertama, defisit transaksi berjalan yang diperkirakan lebih rendah yakni berada dikisaran 0,5-1,3% dari PDB telah melalui ukuran perhitungan BI dan juga standar internasional pada emerging market and developing country atau negara berkembang seperti Indonesia.
Perry menyebut sepanjang defisit transaksi berjalan itu tidak lebih dari 3%, maka hal ini dikategorikan memiliki stabilitas eksternal yang tetap kuat.
Kedua, BI optimistis secara keseluruhan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan tersebut dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan financial, baik dari portfolio inflows maupun dari penanaman modal asing dan sumber-sumber aliran dana asing. Termasuk juga dampak positif dari kebijakan pemerintah untuk devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).
"Jadi defisit transaksi berjalan kami meyakini dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan financial sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," kata Perry.
Ketiga, berdasarkan asesmen yang telah dilakukan BI, stabilitas eksternal ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat karena jumlah cadangan divisa yang juga tinggi.
Sampai akhir Maret 2025, tercatat cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 157,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sehingga, dengan jumlah cadangan divisa yang tinggi dan jauh di atas standar kecukupan internasional atau setara 3 bulan impor.
"Tiga pertimbangan tadi yang menyimpulkan optimisme kami bahwa ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global kuat," terang Perry.
Baca Juga: Fitch Ratings Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan RI akan Melebar Jadi 1,3% dari PDB
Selanjutnya: Anime Rangers X Code April 2025, Cek Update Terbaru lengkap Cara Redeem di Roblox
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Capricorn di Tahun 2025 Seputar Keuangan dan Karier
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News