Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan penurunan prevalensi stunting sebesar 14% pada 2024. Dalam mengejar target tersebut, dibutuhkan setidaknya penurunan sekitar 3,8% per tahun hingga 2024 nanti.
Hanya saja, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menilai target tersebut akan sulit tercapai apabila hanya mengandalkan pendekatan yang fokus pada pemberian suplemenan makanan.
"Tentunya kita ingin supaya tercapai tapi agak sulit dengan pendekatan sekarang yang ekstra fokus di suplemen makanan," ujar Berly kepada Kontan.co.id, Senin (9/10).
Baca Juga: Pemerintah Optimistis Target Penurunan Stunting 14% pada 2024 Tercapai
Pasalnya, Berly bilang, stunting perlu dideteksi dini sejak perkawinan. Hal ini dikarenakan kehamilan di pernikahan dini oleh pasangan keluarga miskin dan pendidikan rentah lebih tinggi potensi stuntingnya. Oleh karena itu, perlu adanya atensi dan pengawasan yang lebih kuat untuk kelompok tersebut.
Selain itu, menurutnya, ibu hamil yang kesulitan mengakses air bersih juga rentan anaknya mengalami stunting.
"Jadi perlu penurunan pernikahan dini, tingkatkan akses air sanitasi dan screening ketat ibu hamil," kata Berly.
Senada, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai, akan sulit untuk bisa menurunkan angka stunting dalam waktu yang cepat tersebut.
Tapi tetap saja, target yang terlalu optimistis sangat diperlukan untuk memacu semua pihak bekerjasama dalam menurunkan angka stunting sesuai dengan target yang ditetapkan.
Baca Juga: Sukses Turunkan Stunting, Kemenkeu Beri Insentif Fiskal Rp 1,68 Triliun ke Pemda
"Stunting memang harus diperangi karena sangat merugikan masa depan bangsa ini," kata Piter.
Sebagai informasi, pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Angka tersebut mengalami penurunan tajam jika dibandingkan pada tahun 2018 yang sebesar 30,8%. Adapun pada tahun ini, pemerintah mengejar prevalensi stunting turun ke angka 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News