Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah besok akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2019. Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih mengatakan kinerja ekspor bisa mengganjal pertumbuhan ekonomi.
Menurut Lana, pada ekspor akan terjadi defisit cukup besar. Sinyal tersebut sudah terpancar dari April lalu. Terutata harga komoditas pertambangan seperti batubara dan crude palm oil (CPO) mengalai pelemahan harga dan penurunan volume produksi.
Baca Juga: Ekonom bank Permata proyeksikan pertumbuhan ekonomi cenderung melambat
Dia menambahkan yang jadi penekan kedua adalah konsumsi rumah tangga yang kemungkinan tidak terlalu bagus. “Ini terlihat dari penjualan yang tidak begitu bagus padahal biasanya penjualan dan konsumsi ini yang kuat di Ramadan-Idul Fitri, tapi kali ini nggak begitu,” kata Lana kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Lana bilang indikasi penurunan penjualan ritel terlihat melambat tecermin dari laporan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Ace Hardware Tbk (ACES), dan PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF).
“Data emiten-emiten itu memperlihatkan adanya perlambatan kecuali Ramayana,” ungkap Lana.
Baca Juga: Faktor internal dan eksternal hambat proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II
Di sisi lain, faktor yang masih menunjang pertumbuhan ekonomi berasal dari investasi. Kata Lana, investasi mungkin membaik, ini kalau mengacu ke data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) terkait realisasi investasi sepanjang April-Juli 2019 tercatat sebesar Rp 200,5 triliun, meningkat sebesar 13,7% dibanding periode sama tahun 2018.
Selanjutnya sampai dengan akhir tahun ini atau sepanjang semester II-2019, Lana menilai konsumsi rumah tangga kemungkinan lanjut melambat. Sementara, kinerja ekspor ke depan masih bergantung pada kondisi global.
Yang pasti dia berharap ada kemungkinan pengeluaran pemerintah bisa saja lebih baik di semester II-2019. Tapi, perlu dilihat pula potensi penerimaan negara melambat sejak semester-I lalu.
”Jadi kalo penerimaan melambat, biasanya belanja pemerintah juga akan melambat sehingga saya perkirakan agak sulit untuk semester II mencapai 5,2%,” ungkap Lana.
Baca Juga: Simak pertimbangan ekonom proyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,1% di kuartal II
Lana menegaskan biasanya secara kuartalan, momentum pertumbuhan ekonomi itu ada pada kuartal II. “Kalau kuartal II nya saja enggak bisa menembus 5,2%, otomatis akan sulit untuk bisa tumbuh lebih tinggi lagi di kuartal III-IV,” jelas dia.
Sementara itu, pemerintah akan mengatur strategi lewat investasi guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi di akhir 2019. Lana bilang, selain itu pengeluaran pemerintah masih bisa dikurangi tapi ini pun dengan catatan penerimaan negara ada perbaikan di semester II-2019.
Baca Juga: Perusahaan Warren Buffett pun tak luput dari dampak perang dagang
“Kalau konsumsi saya pikir momentumnya sudah lewat, paling nanti di kuartal IV-2019 biasanya ada pick up lagi karena faktor akhir tahun dan natal,” ucap Lana.
Adapun Lana meramal pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 kemungkinan berada di level 5,14% year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi daripada pencapaian kuartal I-2019 di level 5,07%, tapi lebih rendah dibanding kuartal II-2018 yang sebesar 5,27%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News