Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal. Salah satu yang tengah didorong pengembangannya adalah sagu.
Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono, mengatakan, pengembangan sagu merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan.
Menurutnya, terkait ketahanan pangan, pemerintah tidak hanya berorientasi pada beras dan jagung, tetapi juga sagu. Ia menyebutkan, pengembangan sagu punya potensi besar.
Momon menjelaskan, saat ini luas lahan yang berpotensi ditanami sagu sekitar 5,5 juta hektar. Dari jumlah itu, baru 314.000 hektar lahan yang digunakan dengan profitas yang belum terlalu tinggi.
Baca Juga: Begini upaya pemerintah menjaga kedaulatan pangan di masa pandemi corona
"Hanya 3,57 ton per hektar. Sebetulnya bisa kita tingkatkan lebih dari 10 ton," kata Momon dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/10).
Momon melanjutkan, sebagian besar areal tanaman sagu yang ada saat ini, 96% atau sekitar 302.000 hektar dikelola oleh perkebunan rakyat dan sisanya dikelola swasta.
Dari areal yang dikelola perkebunan rakyat, baru sekitar 41,44% tanaman yang sudah memberi hasil, sementara sekitar 54,82% merupakan tanaman yang belum menghasilkan.
"Ada beberapa permasalahan selain profitas, juga karena pengolahan masih tradisional," ujar dia.
Oleh karena itu, menurut Momon, pihaknya tengah berupaya memperluas areal tanaman sagu dari yang saat ini baru ada sekitar 314.000 hektar.
Baca Juga: Diversifikasi pangan dinilai dapat memperkuat ketahanan pangan nasional
Kemudian, pihaknya tengah berupaya meningkatkan produktivitas seperti penyediaan benih unggul, pemupukan dan penerapan good agriculture practices.
Selain itu, Kementan tengah menyiapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria untuk meningkatkan produktivitas sagu.
Kemudian dalam rangka meningkatkan kualitas dilakukan melalui sarana dan prasarana pengolahan sagu. Serta adanya bimbingan teknis.
"Tapi yang jauh lebih penting adalah diversifikasi pangan dari sagu. Tidak hanya untuk papeda, tetapi juga bisa untuk produk lain," ujar Momon.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, berdasarkan keterangan dari FAO (Food Agricultural Organization) bahwa negara di dunia perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya krisis pangan akibat pandemi.
Agus menyebut, sebelum adanya peringatan FAO itu, presiden Jokowi telah memberikan arahan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dalam negeri agar rantai pasok tidak terganggu. Pemerintah juga terus mendorong diversifikasi produk dan konsumsi agar bisa menjaga ketahanan pangan nasional.
Baca Juga: Prabowo Subianto temui Ma'ruf Amin, ini yang dibahas
"Peningkatan diversifikasi pangan lokal dilakukan melalui penyebaran inovasi produk pangan yang sehat dan bergizi sehingga bisa berikan opsi ke masyarakat untuk konsumsi berbagai sumber pangan bernutrisi lainnya selain beras, contohnya sagu. Ini kita dorong kearifan lokal," kata Agus.
Agus mengatakan, saat ini posisi pangan Indonesia masih tergantung pada ketersediaan beras. Namun kondisi di masa mendatang, diprediksi pada 2050 kelangkaan pangan bisa saja terjadi jika tidak dikembangkan pangan lain sebagai pasokan pangan nasional.
"Pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas," ujar Agus.
Selanjutnya: BRG dorong pemanfaatan lahan gambut untuk usaha pertanian masyarakat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News