Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indonesia masih jauh tertinggal di belakang banyak negara Asia lainnya dalam bidang inovasi industri selama lebih dari tiga dekade sejak 1990.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menyampaikan, ketertinggalan Indonesia dibandingkan negara-negara Asia lainnya adalah terkait kemajuan produksi industri, dimana banyak negara Asia yang sudah bergerak memproduksi dan mengekspor produk manufaktur dengan lebih canggih dan menghasikan unique product.
Karena itu, negara-negara Asia ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas hidup jutaan warganya.
Baca Juga: Tingkatkan Kreativitas Generasi Muda,Kemenperin Dukung Inovasi Industri KosmetikLokal
Di sisi lain, posisi Indonesia dalam inovasi industrinya masih bergerak lambat meskipun telah melakukan beberapa kemajuan. Namun David menyebut kemajuan tersebut sejak tahun 1990 belum setranformatif negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam, bahkan Kamboja.
Menurut David, produk ekspor utama Indonesia sampai saat ini utamanya didorong oleh komoditas, seperti batubara, minyak kelapa sawit, besi dan nikel.
Meskipun komoditas-komoditas ini memberikan keuntungan yang signifikan bagi negara, namun rendahnya kompleksitas dalam memproduksi komoditas tersebut tidak memaksa Indonesia untuk berinovasi.
"Ketergantungan ini menghambat kemampuan kita untuk bergerak mengikuti perubahan global dan membangun ekonomi berpenghasilan tinggi yang lebih Tangguh," ungkap David dalam agenda 2nd Innovation Summit Southeast Asia and Premier Launch of The 2025 Trade Barrier Index di Jakarta, Selasa (6/5).
Baca Juga: Kawan Lama Solution Adakan Lomba Forklift Hero di Manufacturing Indonesia 2024
Pemerintah telah menetapkan arah strategis untuk meningkatkan industrialisasi. Namun, jalur tersebut, khususnya menuju manufaktur bernilai tinggi, dan penuh tantangan.
Hal ini memerlukan upaya mengatasi hambatan signifikan dalam perlindungan kekayaan intelektual, iklim investasi, kualitas pendidikan, dan penerjemahan penelitian.
Untuk itu, Indonesia perlu menggabungkan fokus strategis, mengatasi hambatan sistemik, membina ekosistem inovasi sejati, dan belajar dari keberhasilan yang relevan seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura, Indonesia dapat meningkatkan basis industrinya dan mendorong masa depan ekonominya.
Beberapa upaya yang dilakukan adalah melalui kebijakan hilirisasi yang telah diperluas, sehingga tidak hanya melibatkan pada produk pertambangan, tetapi juga produk pertanian dan perikanan.
Baca Juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan keterkaitan ke depannya, misalnya dari sektor manufaktur makanan dan bahan bakar nabati dalam negeri, yang juga sangat penting dalam keberhasilan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi dalam negeri yang merupakan dua pilar Utama dari strategi pemerintah.
Pilar kedua yang tidak kalah penting adalah dukungan pemerintah untuk memperkuat kapasitas industri dasar di berbagai bidang, seperti komoditas besi dan baja, yang merupakan blok bangunan penting bagi perluasan industri dasar dan akan membantu kebijakan substitusi impor pemerintah sekaligus memperkuat pangsa ekspor global Indonesia dalam barang-barang industri ini.
"Ini adalah jalan paling ambisius dengan menargetkan teknologi canggih dan penelitian di sektor-sektor intensif seperti farmasi, elektronik, dan manufaktur berbiaya rendah. Untuk itu pemerintah membutuhkan strategi dan kemampuan inovasi yang signifikan dalam menjalankan target ambisius tesebut," terang David
Lebih lanjut David menyebut, pemerintah dapat memulai dari kontrol bahan baku dengan menyoroti keunggulan manufaktur Indonesia dibandingkan negara lainnya.
Baca Juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas
Produk-produk input industri dasar Indonesia selama ini merupakan produk yang tidak tergolong rumit produksinya seperti contoh produk tembaga, hal ini perlu digerakkan pada produk-produk yang memiliki indeks kompleksitas yang jauh lebih tinggi dengan produksinya yang rumit seperti pembuatan chip dan baterai lithium ion untuk kendaraan listrik agar dapat membawa Indonesia ke tengah rantai pasok.