Reporter: Dyah Megasari, Nina Dwiantika |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa per 31 Januari 2011 sebesar US$ 95,3 miliar. Angka ini setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Posisi tersebut turun dari level Desember 2010 mencapai US$ 96,2 miliar. Angka tersebut tercatat sebagai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Cadangan devisa akhir tahun lalu setara dengan 7,1 bulan impor dan Pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Bisa jadi, turunnya cadangan devisa didorong oleh intervensi BI untuk menjaga rupiah. Informasi saja, nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan akibat aliran modal keluar. Rupiah mengalami pelemahan disertai volatilitas yang sedikit meningkat, dipicu antara lain oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap meningkatnya tekanan inflasi. Nilai tukar rupiah pada Januari 2011 melemah rata-rata 0,1% menjadi Rp 9.034 per dollar AS.
Namun, BI menilai cadangan devisa saat ini masih tinggi. Pendorongnya adalah kinerja ekspor masih cukup tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Sedangkan impor juga meningkat terutama impor barang modal yang diperlukan untuk mendukung peningkatan kapasitas perekonomian. Dengan perkembangan tersebut, transaksi berjalan pada triwulan I-2011 diperkirakan masih akan mencatat surplus cukup besar.
"Transaksi modal dan finansial (TMF) juga diperkirakan mencatat surplus besar," ujar Difi A Johansyah, Kepala Biro Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, hari ini (4/2). Secara keseluruhan, BI memproyeksikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2011 masih positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News