Reporter: Irma Yani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) optimis cadangan devisa masih akan terus menanjak, bahkan menembus US$ 100 miliar pada akhir tahun. Pasalnya, kinerja ekspor dan neraca perdagangan terus menunjukan prestasi.
Sekretaris menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Sestama Bappenas, Syahrial Loetan, menyebut angka cadangan devisa jadi semacam tolak ukur kemampuan negara seperti apa. Lanjutnya, dulu, cadangan devisa Indonesia hanya US$ 16 miliar dan itu sudah besar dibanding negara lain. Sekarang sudah lebih dari US$ 92 miliar.
Syahrial menuturkan, cadangan devisa yang tersimpan di Bank Indonesia (BI) dipengaruhi surplus neraca perdagangan RI, di mana saat ini kinerja ekspor masih lebih tinggi dibanding impor. Maka, surplus perdagangan turut serta menambah cadangan devisa RI.
"Nilai cadangan devisa yang tinggi, kinerja ekspor yang cukup baik, disertai pertumbuhan ekonomi yang stabil, ini yang membuat RI masuk dalam investment grade," terangnya. Dengan masuknya Indonesia dalam investment grade menyebabkan arus modal asing deras mengalir ke dalam negeri melalui berbagai instrument.
Dia juga mengakui cadangan devisa RI turut ditopang besarnya arus modal asing. "Kalau sekarang pasar uang, bergairah menunjukkan bursa Indonesia hebat, uang dari luar masuk dan jadi cadangan devisa. Tapi agak beda kalau uang atau cadangan devisa dari ekspor-impor," terangnya.
Namun, menurutnya, cadangan devisa yang dihasilkan dari arus modal lebih bersifat sementara. Sedangkan cadangan devisa yang ditopang dari neraca perdagangan, relatif lebih tetap.
Meskipun cadangan devisa yang berasal dari arus modal asing lebih rentan, Syahrial optimistis banyak investor yang tidak akan menarik uangnya dari Indonesia. "Karena ekonomi kita sedang bagus-bagusnya, sedangkan di negara lain sedang tidak bagus," tutur Syahrial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News