Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Cadangan Devisa Indonesia berpotensi untuk menembus US$ 100 miliar di tahun 2011. Hal ini didukung oleh derasnya capital inflow yang diprediksi akan semakin deras mengalir ke Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan posisi cadangan devisa sampai dengan akhir Desember 2010 tercatat sebesar US$ 96,2 miliar atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono mengatakan dengan posisi cadangan devisa di angka tersebut sangat berpotensi untuk bisa melampaui US$ 100 miliar. “Angka tersebut dapat tercapai karena banyaknya modal asing yang membanjiri pasar dalam negeri,” terang Hartadi.
”Dana asing terus akan berdatangan di 2011 karena kondisi ekonomi dan keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian,” jelasnya, Selasa (5/1). Momentum pemulihan ekonomi global kembali meningkat meskipun masih dibayangi oleh risiko krisis utang di Eropa.
“Di tengah lemahnya pemulihan ekonomi di negara maju, kinerja ekonomi negara emerging markets tetap menunjukkan peningkatan,” akunya. Selain itu, harga komoditi global terus menunjukkan peningkatan, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor supply demand tetapi juga didorong oleh beralihnya investasi ke pasar komoditi akibat pelemahan dolar AS dan rendahnya imbal hasil di negara maju.
“Sejauh ini, respons kebijakan bank sentral negara-negara maju masih cenderung mempertahankan suku bunga pada level relatif rendah. Sementara itu, beberapa negara emerging markets telah meningkatkan suku bunga kebijakannya yang disertai kebijakan untuk mengelola capital inflows dan menstabilkan pergerakan nilai tukar,” papar Darmin.
Sementara untuk menghadapi risiko derasnya aliran modal asing dan besarnya ekses likuiditas domestik, Darmin menegaskan akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makro. "Respons kebijakan bank sentral negara maju adalah menahan suku bunga di level rendah. Sementara beberapa bank sentral di emerging market meningkatkan suku bunganya, pengelolaan capital inflow serta stabilitas nilai tukar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News