Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi di sepanjang tahun 2020 sebesar 1,68% secara tahunan (yoy). Capaian tersebut berada di bawah target sasaran inflasi yang sebesar 2% - 4%.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana melihat, tren inflasi yang rendah diperkirakan akan terus berlanjut bahkan hingga semester pertama tahun 2021.
"Di tengah mobilitas yang masih terbatas sebelum adanya program vaksinasi yang mulai masif,” ujar Wisnu kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).
Kemudian, inflasi akan melesat di paruh kedua tahun 2021. Hal ini dengan asumsi distribusi vaksin yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan oleh pemerintah.
Baca Juga: Inflasi tahun 2020 cuma 1,68%, terendah sejak BPS merilis data inflasi
Kemudian, di sepanjang tahun 2021, Wisnu memprediksi kalau inflasi sudah akan kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) tersebut. Lebih tepatnya, akan berada sekitar 2,84% yoy.
Kembalinya inflasi di kisaran sasaran seiring dengan pemulihan permintaan domestik dan global di tengah melimpahnya uang beredar dari stimulus Covid-19.
Kemudian, dengan inflasi tersebut, Wisnu melihat ada peluang baik bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 25 basis poin (bps) di bulan Januari 2020.
Baca Juga: Kenaikan harga pangan bukan pertanda daya beli masyarakat membaik
Selain tingkat inflasi, yang membuat bank sentral masih memiliki ruang untuk penurunan suku bunga adalah tren apresiasi nilai tukar rupiah, ekspektasi pemulihan ekonomi global, dan surplus neraca perdagangan.
“Dan di tahun ini, kami memperkirakan kalau otoritas moneter akan mulai mempertimbangkan pengurangan quantitative easing (QE),” tambahnya.
Lebih lanjut, prospek inflasi dan prospek perekonomian di tahun ini juga memiliki risiko. Risiko datang dari peningkatan jumlah kasus dan ketidakpastian varian Covid-19, serta efektivitas vaksin.
Selanjutnya: BPS catat inflasi bulanan pada Desember 2020 sebesar 0,45%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News