Reporter: Valencia Novanca | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Health Inclusivity Index (HII) 2025 dari Haleon Indonesia mengungkapkan, peningkatan literasi kesehatan berpotensi menghasilkan manfaat ekonomi hingga Rp 47 triliun per tahun.
Haleon Indonesia membagikan temuan dari Health Inclusivity Index (HII) dalam forum diskusi bersama Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) di Jakarta, Kamis (18/12).
HII merupakan sebuah indeks yang memberikan perspektif berbasis data untuk memahami kondisi inklusivitas kesehatan di Indonesia secara lebih menyeluruh.
“HII memberikan wawasan berharga tentang kesenjangan yang masih ada dalam layanan primer dan program promotif–preventif,” ujar Dita Novianti Sugandi Argadiredja, Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kementerian Kesehatan dalam diskusi
"Ini mengingatkan kita bahwa inklusivitas adalah prioritas kesehatan masyarakat sekaligus ekonomi," katanya.
Menurut The Economist Impact dengan dukungan Haleon, Indonesia dipilih sebagai salah satu dari 40 negara yang termasuk di dalam Health Inclusivity Index. Alasan utamanya, karena Indonesia memiliki populasi yang besar.
Hal tersebut mengacu pada 40 negara yang masyarakatnya memungkinkan untuk mengakses dan memperoleh manfaat layanan kesehatan. Namun, indeks hal krusial berupa tantangan dalam inklusivitas kesehatan.
Baca Juga: ADB Setujui Pinjaman US$ 500 Juta untuk Perkuat Pendidikan dan Kesehatan Indonesia
Nyatanya, inklusivitas kesehatan dapat berdampak langsung pada ketahanan ekonomi suatu negara. Kemampuan negara dalam mendukung akses dan memperoleh manfaat fasilitas kesehatan pada masyarakat secara menyeluruh perlu diperhatikan.
Menurut HII, peningkatan literasi kesehatan berpotensi menghasilkan manfaat ekonomi hingga Rp 47 triliun per tahun.
Literasi kesehatan dalam indeks juga memuat keuntungan ekonomi lainnya yang akan terjadi pada Indonesia. Jika negara kita berhasil membuat kesehatan menjadi lebih inklusif, maka akan tercapai:
Pertama, perbaikan kualitas udara sesuai dengan standar PM2.5 yang ditetapkan WHO, yang bisa mencegah hampir 160.000 kematian setiap tahun dan membuka manfaat ekonomi tahunan hingga Rp 35 triliun bagi negara.
Kedua, peningkatan kesehatan mulut yang bisa menghasilkan penghematan nasional sebesar Rp 121 triliun, atau bahkan Rp 211 triliun jika intervensi ditargetkan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Ketiga, peningkatan penanganan penyakit gusi yang erat kaitannya dengan diabetes tipe 2. Penanganan penyakit gusi bisa mengurangi biaya diabetes tipe 2 hingga Rp 25 triliun selama sepuluh tahun ke depan.
Keempat, pencegahan gangguan muskuloskeletal dan osteoporosis yang bisa menambah keuntungan tahunan gabungan sebesar Rp 12,5 triliun.
Baca Juga: Indonesia Masuk Lima Besar Kasus Obesitas, Perlu Aksi Bersama Lintas Sektor
Sejalan dengan hal tersebut, literasi kesehatan berkaitan dengan biaya layanan kesehatan per individu. Literasi kesehatan yang rendah akan membuat biaya yang keluar hampir tiga kali lebih tinggi dibanding mereka yang memiliki pemahaman kesehatan yang baik.
“Ketika masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik dan mampu mengelola kesehatannya sejak dini, mereka akan lebih memanfaatkan layanan kesehatan secara tepat serta menghindari eskalasi perawatan yang sebenarnya dapat dicegah,” kata Aditya Darmasurya, Analis Kebijakan Penjaminan Manfaat Primer Pratama BPJS Kesehatan.
Sejak 2023, Haleon membantu masyarakat Indonesia memahami dan mengelola kesehatan yang berfokus pada praktik self-care. Melalui Program Panadol Pain Phone (Klinik Cekatan), Haleon menjangkau lebih dari 26.000 pasien.
“Tujuan kami adalah membantu jutaan orang untuk lebih terlibat dalam upaya mencapai kesehatan yang lebih baik setiap hari, karena inklusivitas berawal dari pemahaman dan kemampuan untuk bertindak,” ungkap Dhanica Mae Dumo-Tiu, Presiden Direktur Haleon Indonesia.
Pembahasan Health Inclusivity Index Indonesia Snapshot memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai. Namun, terlihat kesenjangan yang masih tampak.
Begitu juga dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil bisa menghasilkan dampak yang besar.
Langkah selanjutnya adalah memastikan setiap orang dan seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya tercakup dalam sistem, tetapi benar-benar dilibatkan dan merasakan manfaatnya.
Selanjutnya: Lanjutkan Ekspansi pada Akhir Tahun, JAECOO Resmikan Dealer Baru di Sunter
Menarik Dibaca: Hasil BWF World Tour Finals 2025, Seluruh Wakil Indonesia Keok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













