Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus kebijakan Bank Indonesia (BI) khususnya stabilitas nilai tukar rupiah, mulai membuahkan hasil. Hal ini ditunjukkan dengan kembali masuknya arus modal asing dan arus modal keluar yang lebih tenang.
Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N Kacaribu mencatat, setelah sempat terdepresiasi hingga melewati level Rp 14.400 per dollar Amerika Serikat (AS), pergerakan rupiah selama dua minggu terakhir mulai lebih stabil dan berada di kisaran Rp 14.300-Rp 14.400 per dollar AS.
Relatif stabilnya pergerakan rupiah saat ini terutama didorong oleh tindakan BI menaikkan suku bunga acuan sebanyak 100 basis bps selama tiga bulan terakhir dan intervensi langsung BI di pasar.
“Kenaikan suku bunga acuan BI membuat perbedaan imbal hasil antara aset berdenominasi mata uang negara berkembang dan aset dollar AS meningkat secara relatif serta menghadang arus modal keluar. Hal ini terlihat dari tren akumulasi arus modal masuk dari bulan Juni ke Juli yang mulai memperlihatkan bahwa arus modal keluar mulai mereda dibanding bulan-bulan sebelumnya,” jelas Febrio kepada Kontan.co.id, Kamis (19/7).
Selain menaikkan perbedaan imbal hasil antara aset di Indonesia dan yang berbasis dollar AS, kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi dibanding perkiraan pasar juga berdampak tidak langsung pada rupiah.
Kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan mengirimkan sinyal ke pasar keuangan bahwa janji BI untuk memprioritaskan stabilitas rupiah dapat dipercaya. “Hal ini meredakan kekhawatiran investor, terutama investor asing, terhadap pelemahan rupiah lebih lanjut, yang dapat mengurangi keuntungan investasi di Indonesia,” ucap Febrio.
Dia melanjutkan, dengan fundamental makroekonomi yang masih kuat dan keyakinan bahwa BI akan menjaga stabilitas rupiah, arus modal masuk ke depannya akan cenderung positif serta mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Sebab, harga aset di pasar keuangan saat ini dinilai telah mencerminkan ekspektasi kenaikan Fed Fund rate yang lebih cepat, yang membuat tekanan terhadap rupiah di jangka pendek relatif rendah. “Hal ini memungkinkan BI untuk mempertahankan suku bunga untuk bulan ini,” katanya.
Meskipun demikian, Febrio mengatakan, BI perlu tetap mengawasi dinamika eksternal yang dapat berdampak negatif terhadap rupiah, terutama risiko perang dagang antara AS, Tiongkok, dan Uni Eropa, yang berpotensi berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News