Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Handoyo .
Selain menaikkan perbedaan imbal hasil antara aset di Indonesia dan yang berbasis dollar AS, kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi dibanding perkiraan pasar juga berdampak tidak langsung pada rupiah.
Kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan mengirimkan sinyal ke pasar keuangan bahwa janji BI untuk memprioritaskan stabilitas rupiah dapat dipercaya. “Hal ini meredakan kekhawatiran investor, terutama investor asing, terhadap pelemahan rupiah lebih lanjut, yang dapat mengurangi keuntungan investasi di Indonesia,” ucap Febrio.
Dia melanjutkan, dengan fundamental makroekonomi yang masih kuat dan keyakinan bahwa BI akan menjaga stabilitas rupiah, arus modal masuk ke depannya akan cenderung positif serta mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Sebab, harga aset di pasar keuangan saat ini dinilai telah mencerminkan ekspektasi kenaikan Fed Fund rate yang lebih cepat, yang membuat tekanan terhadap rupiah di jangka pendek relatif rendah. “Hal ini memungkinkan BI untuk mempertahankan suku bunga untuk bulan ini,” katanya.
Meskipun demikian, Febrio mengatakan, BI perlu tetap mengawasi dinamika eksternal yang dapat berdampak negatif terhadap rupiah, terutama risiko perang dagang antara AS, Tiongkok, dan Uni Eropa, yang berpotensi berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News