Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui, aktivitas perekonomian di dalam negeri terlihat melambat. Hal ini tecermin dari kinerja penerimaan perpajakan yang sangat lesu hingga Agustus 2019.
Penerimaan perpajakan hanya tumbuh 3,2% year-on-year (yoy) per akhir Agustus 2019. Pertumbuhan itu jauh melambat dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 18,1% yoy.
Baca Juga: Sepanjang Januari-Agustus 2019, restitusi pajak tumbuh 32%
Begitu juga dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang meski masih tumbuh dua digit 11,6% yoy, namun juga merosot dari pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 24,3% yoy.
“Ini menandakan kondisi ekonomi mengalami penurunan sehingga para pembayar pajak membayar lebih rendah dibandingkan dua tahun lalu berturut-turut yaitu 2017-2018,” kata Sri Mulyani, Selasa (24/9).
Kondisi ini, lanjut Sri Mulyani, memang perlu diwaspadai oleh pemerintah. Pasalnya, menurunnya kemampuan pelaku usaha menyetor pajak menggambarkan situasi perekonomian yang kurang baik.
Baca Juga: Penerimaan perpajakan tumbuh melambat tergerus sentimen global
Sri Mulyani juga menyebut, penurunan setoran pajak terlihat pada hampir seluruh sektor usaha yang memiliki kontribusi besar pada penerimaan pajak. Setoran pajak dari sektor industri pengolahan, misalnya, terkontraksi menjadi negatif 4,8% yoy hingga Agustus 2019 lalu, turun drastis dari pertumbuhan periode sama tahun lalu yang mencapai 13,4% yoy. Padahal kontribusi setoran pajak industri pengolahan mencapai 28,9% dari total penerimaan pajak.
Begitu juga dengan penerimaan pajak sektor perdagangan yang cuma tumbuh 1,5% yoy, jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 26,7% yoy. Sektor pertambangan lebih menyedihkan karena mencatat pertumbuhan negatif 16,3% yoy, berbanding terbalik dengan kinerja tahun lalu dimana penerimaan sektor ini tumbuh sampai 71,6% yoy.
Baca Juga: Sampai Agustus, realisasi belanja modal pemerintah cuma 33% dari pagu
“Jadi ini terlihat mana sektor yang terimbas, dan mana sektor yang masih memiliki daya tahan. Misalnya, sektor jasa keuangan, serta transportasi dan pergudangan yang masih tumbuh lebih baik dari tahun lalu,” ujar Sri Mulyani.
Adapun, bendahara negara ini mengatakan, pemerintah akan lebih berhati-hati dalam mengelola APBN di semester kedua ini.
Baca Juga: Penerimaan negara makin tertekan, defisit APBN melebar jadi 1,24% dari PDB di Agustus
Kendati penerimaan negara melambat, Sri Mulyani memastikan pemerintah tetap menstimulasi perekonomian dengan menjaga realisasi dan kualitas belanja dalam APBN untuk menstimulasi kegiatan perekonomian domestik yang tertekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News