Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era reformasi telah memasuki tahun ke-20 pasca runtuhnya rezim pemerintahan orde baru (Orba) pada Mei 1998.
Namun, sejak bergulirnya era reformasi hingga saat ini, tidak ada satu pun aktivis 1998 yang menjadi motor pergerakan reformasi mencecap empuknya kursi kabinet pemerintahan.
Kondisi itu bukan tidak disadari oleh para mantan aktivis 1998. Menurut Wahab, salah satu mantan aktivis 1998 dari Unija, saat ini bargaining power atau daya tawar politik aktivis 1998 terbilang lemah.
Para aktivis, kata Wahab, saat itu lebih mengutamakan gerakan moral ketimbang politik dalam mencapai tujuan penumbangan rezim orde baru.
"Kami tidak digerakkan oleh politik, meskipun yang kami lakukan adalah tindakan politik. Gerakan moral yang membuat kami terdorong untuk menumbangkan pemerintahan Soeharto," ujar Wahab dalam diskusi Refleksi 20 tahun Reformasi yang digelar Perhimpunan Aktivis Nasional (PENA) di Jakarta, Jumat (27/4).
Wahab menjelaskan, pasca tumbangkan rezim Orba, pernah ada tawaran dari mantan Presiden B.J Habibie atau Amien Rais pada rapat di Semanggi, bahwa ada jatah 100 orang untuk aktivis 98 masuk parlemen. Namun, ketika itu, para aktivis 98 menyatakan sikap menolak tawaran tersebut.
"Kami menentukan sikap untuk tidak menerima tawaran masuk parlemen. Jika waktu itu kami berpikir politik, mungkin sekarang kami sudah senior di DPR," imbuh Wahab.
Wahab menambahkan, saat itu para aktivis 98 menolak tawaran tersebut karena tidak percaya terhadap parlemen setelah 32 tahun era orba tidak melakukan tugas dan fungsinya sesuai amanat yang diberikan rakyat.
"Soal lemahnya kedudukan (aktivis 98) di partai, saya kira wajar karena partai masih menjadi oligarki oleh kekuatan lama," ujarnya.
Dalam diskusi yang juga menghadirkan para aktivis 98 lainnya, yakni Eli Salomo Sinaga dan Roy Simanjuntak dari Forkot, dan Sayed Junaidi Rizaldi (Pak Cik), sepakat bahwa setelah menumbangkan Soeharto, pihaknya tidak melakukan cleansing rezim, sehingga kroni-kroninya tetap bercokol.
Reformasi, menurut Wahab, sebagian bisa disebut gagal karena tidak terjadi cleansing government. Saat era reformasi lahir, tidak ada pembersihan terhadap Soeharto dan kroni-kroninya.
Padahal, mereka pada waktu berkuasa itu mengais ekonomi negara ini. Sehingga, saat ini sebagian dari rezim Orba masih tetap berpengaruh di Republik ini.
Kini, peta perpolitikan telah berubah. Wahab berharap, para mantan aktivis 1998 tidak perlu malu-malu lagi untuk masuk dunia politik.
Menurut Wahab, sudah waktunya para aktivis 1998 yang menjadi lokomotif reformasi, masuk di kabinet pemerintahan.
"Sudah waktunya aktivis 1998 masuk kabinet. Saya mengusulkan ke depannya kawan-kawan aktivis 1998 bisa masuk kabinet, termasuk Adian Napitupulu (Sekjen PENA)," tandas Wahab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News