kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pemulihan Ekonomi Diperkirakan Terus Berlanjut di Tahun 2022


Senin, 03 Januari 2022 / 05:56 WIB
Pemulihan Ekonomi Diperkirakan Terus Berlanjut di Tahun 2022
ILUSTRASI. Perekonomian dalam negeri akan semakin membaik di tahun ini.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin menilai pemerintah telah membuktikan bahwa Indonesia mampu menjaga capaian kinerja ekonomi di tengah dinamika pandemi Covid-19 yang masih berlangsung selama tahun 2021. Ia optimistis perekonomian dalam negeri akan semakin membaik di tahun ini.

“Sejak awal pemerintah dan DPR berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi agar tetap berjalan beriringan. Bahkan, pada kuartal II-2021 Indonesia telah mampu keluar dari perangkap resesi ekonomi. Kami optimistis tren pemulihan ekonomi ini akan terus berlanjut ke depan,” kata Puteri kepada Kontan.co.id, Minggu (2/1).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan sejak awal tahun 2021.

Pada kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi masih berada di zona negatif, yaitu minus 0,71% year on year (yoy). Namun, pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi telah memasuki zona positif dengan tumbuh 7,07% yoy yang sekaligus mengakhiri resesi ekonomi sejak beberapa kuartal sebelumnya.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Nilai Bauran Kebijakan BI Efektif Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Tetapi, capaian tersebut menurun pada pada kuartal III-2021 menjadi 3,51% yoy akibat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seiring merebaknya varian delta.

Namun, Puteri menilai kinerja tersebut masih terbilang baik karena bereda di zona positif. Hal ini utamanya karena adanya kebijakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mulai dar program penanganan kesehatan, pelindungan sosisal, dukungan usaha, sektoral, hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Saat ekonomi terpapar dampak pandemi, Puteri menyebut, kebijakan jaring pengaman sosial masyarakat mampu menjaga pemburukan ekonomi. Sebab, berbagai jenis bantuan sosial diberikan seperti kartu sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), kartu prakerja, diskon listrik, dan lainnya.

Program PEN juga menjadi stimulus untuk dunia usaha dan UMKM, misalnya relaksasi pajak penjualan atas baran mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor dan properti, subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), maupun penjaminan kredit.

“Beragam stimulus ini tentu penting untuk jaga keberlangsungan ekonomi dan pengendalian pandemi,” ucap Puteri.

Lebih lanjut, pemerintah pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 diprediksi mencapai lebih dari 5% yoy. Sehingga, secara keseluruhan ekonomi Indonesia akan mencapai 3,5%-4% yoy.

Proyeksi pemulihan ekonomi tersebut diharapkan dapat berlanjut hingga tahun 2022 dengan target pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,2% yoy.

Meski demikian, Puteri mengatakan, saat ini Indonesia dihadapkan dengan varian Omicron yang berpotensi mendisrupsi kinerja perekonomian nasional. Untuk itu, pemerintah tidak boleh lengah dan tetap harus waspada.

“Pemerintah telah memiliki pengalaman dalam menangani varian delta, tentu ini harus menjadi panduan untuk menghadapi berbagai varian baru yang mungkin akan muncul. Misalnya, pelaksanaan vaksinasi untuk dosis ketiga dan antisipasi dampak pembatasan aktivitas terhadap perekonomian,” tutur Puteri.

Di sisi lain, Anggota Fraksi Parta Golkar tersebut berharap ke depan pemerintah beserta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dapat mengantisipasi berbagai risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan tahun 2022.

Karenanya, Puteri mengatakan tantangan ke depan bukan hanya dari munculnya varian baru pandemi. Tetapi kita juga dihadapkan dengan risiko-risiko lain, seperti kebijakan pengetatan moneter (tapering off) dari negara maju yang berpotensi mempengaruhi stabilitas keuangan domestik.

“Belum lagi krisis keuangan yang menimpa perusahaan properti raksasa Tiongkok yang juga bisa memicu sentimen global. Beberapa tantangan ini harus disiapkan exit policy melalui bauran kebijakan dari moneter, fiskal, perbankan sehingga pertumbuhan ekonomi kian solid,” imbuh Puteri.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata: Bauran Kebijakan BI Efektif Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×