kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Mandiri Nilai Bauran Kebijakan BI Efektif Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Minggu, 02 Januari 2022 / 22:11 WIB
Ekonom Bank Mandiri Nilai Bauran Kebijakan BI Efektif Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa (24/7). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/07/2018


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri menilai, bauran kebijakan yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI) di sepanjang tahun 2021 selama ini sudah efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Sebut saja dari sisi moneter, hingga akhir tahun 2021, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin (bps) sehingga suku bunga acuan bergerak di level terendahnya, yaitu 3,5%. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, penurunan suku bunga acuan ini kemudian disambut dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Bahkan, permintaan kredit sudah mulai meningkat. 

“Pertumbuhan kredit sudah kembali positif, yaitu 4,73% yoy pada November 2021 yang mengindikasikan membaiknya sektor riil sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (31/12). 

Baca Juga: Kemenko Perekonomian: Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19 Sudah Sesuai Jalur

Dari sisi kebijakan makroprudensial pun, Faisal menilai ini cukup efektif yang terlihat dari kondisi likuiditas yang sangat longgar sehingga mendukung peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal. 

Ke depan, Faisal melihat masih ada tantangan yang membayang progres pemulihan ekonomi nasional, terutama dari pandemi Covid-19 dengan adanya varian baru yaitu Omicron. 

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ada tantangan dari tren normalisasi kebijakan ekonomi global termasuk pengurangan penambahan likuiditas (tapering off) dan naiknya suku bunga kebijakan global. 

Belum lagi, ada risiko tingginya harga komoditas dan disrupsi rantai pasok global karena pemulihan ekonomi global yang tidak merata dan berisiko menaikkan harga sejumlah barang, seperti energi dan bahan baku. 

Untuk itu, BI diimbau untuk menyeimbangkan kebijakannya, yaitu bagaimana tetap mendukung pemulihan ekonomi tanpa mengesampingkan pentingnya stabilitas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×