CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ekonom Bank Permata: Bauran Kebijakan BI Efektif Dorong Pertumbuhan Ekonomi


Minggu, 02 Januari 2022 / 22:56 WIB
Ekonom Bank Permata: Bauran Kebijakan BI Efektif Dorong Pertumbuhan Ekonomi
ILUSTRASI. Pengunjung berjalan di kantor Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (3/1). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/01/2018


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata menilai, bauran kebijakan yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI) di sepanjang tahun 2021 selama ini sudah efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Salah satunya, kebijakan dari sisi moneter berupa suku bunga acuan yang longgar. Hingga akhir tahun 2021, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin (bps) dan suku bunga acuan bergerak di level terendahnya, yaitu 3,5%. 

Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan suku bunga acuan ini kemudian disambut oleh penurunan suku bunga perbankan yang nyata. Meski, Josua akui penurunan suku bunga kredit masih lambat bila dibandingkan suku bunga deposito. 

Gayung kemudian bersambut, di tengah penurunan suku bunga kredit, permintaan kredit kemudian meningkat positif. Bahkan, hingga November 2021, permintaan kredit sudah meningkat 4,7% yoy. “Ini kemudian menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi sudah terlihat,” jelas Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (2/1). 

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Nilai Bauran Kebijakan BI Efektif Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Namun, Josua mengakui bahwa kebijakan moneter yang diberikan oleh BI ini tak mampu bekerja sendiri. Efektivitasnya kemudian juga dibantu oleh kebijakan dari sisi fiskal dan juga kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Namun ke depan, Josua masih melihat adanya tantangan bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Salah satunya, adalah pengurangan penambahan likuiditas (tapering off) oleh bank-bank sentral dunia dan bahkan peningkatan suku bunga acuan. 

Josua mengerti, bahwa dalam hal ini BI dihadapkan pada dilema. Di satu sisi, BI harus cepat dalam mengambil keputusan terkait tapering off dan suku bunga, tetapi di satu sisi BI harus menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. 

Namun, sejauh ini ia melihat bahwa BI kemudian akan mulai melakukan tapering off pada tahun depan, setidaknya pada paruh kedua tahun depan dengan menimbang kondisi perekonomian. Baru, kebijakan tapering off akan diikuti dengan peningkatan suku bunga. 

Baca Juga: Dinilai Tak Banyak Membantu, Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Meratifikasi RCEP

Josua kemudian mengimbau agar kebijakan makroprudensial bisa tetap dilanjutkan, seperti DP 0% untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR). Tentu harapannya ini dibarengi dengan kebijakan fiskal yang mendukung. 

“Harapannya, ini tetap menjaga pertumbuhan kredit yang akan mendukung pemulihan ekonomi di tahun 2022. BI pun sudah menyampaikan arah kebijakannya di tahun depan,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×