kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah targetkan biaya logistik turun jadi 17% dengan adanya NLE


Kamis, 24 September 2020 / 16:56 WIB
Pemerintah targetkan biaya logistik turun jadi 17% dengan adanya NLE
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/9/2020). Rapat kerja tersebut membahas laporan dan pengesahan hasil Panitia Kerja Pembahasan RUU Pertanggungjawaban dan Pelaksana


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan dengan adanya National Logistic Ecosystem (NLE) dapat menurunkan biaya logistik di Indonesia. Saat ini biaya logistik di Indonesia sendiri mencapai 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Biaya logistik nasional terhitung lebih tinggi dibanding lima negara ASEAN lainnya, misalnya saja dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang hanya 13% dari PDBnya.

Ditargetkan dengan adanya NLE mampu menurunkan biaya logistik hingga 6% atau menjadi 17% dari PDB.

"Tentu dengan adanya reformasi ini kita harapkan sektor logistik akan makin meningkat, tidak hanya dari sisi efisiensi tapi juga dari sisi kontribusinya di dalam meningkatkan daya kompetisi seluruh perekonomian nasional. Dengan adanya standar pelayanan dan transparansi akan terjadi persaingan yang sehat," jelas Sri Mulyani dalam Virtual Konferensi Pers Bersama Ekosistem Logistik Nasional pada Kamis (24/9).

Baca Juga: Empat pelabuhan ini akan menerapkan National Logistic Ecosystem

Ia menjelaskan, sebelumnya sudah terdapat National Single Window namun dianggap belum dapat membentuk suatu sistem yang mempermudah di dalam transaksi pada pelaku usaha logistik. Nasional Single Window disebutnya lebih ke koordinasi di antara para Lembaga/Kementerian di lingkungan pemerintahan atau goverment to goverment.

Sehingga yang terjadi sekarang ini dijelaskannya adalah importir/eksportir serta pelaku-pelaku dari logistik yang harus berkali-kali melakukan submission dan proses untuk berhubungan dengan government to government maupun diantara mereka sendiri. Hingga yang terjadi ialah proses yang rumit.

"NLE nanti diharapkan akan ada semacam kemudahan dan clearity atau kejelasan di dalam seluruh proses dimana dokumen dan proses itu bisa di-share meskipun ini bukan suatu integrasi tapi kolaborasi yang akan sangat-sangat mempermudah dan menyederhanakan," imbuhnya.

Efisiensi logistik nasional diterangkan Sri Mulyani meliputi, pertama kegiatan Delivery Order (DO) dan Persetujuan Pengeluaran Peti Kemas (SP2) yang sebelumnya dilakukan secara manual maka sekarang dapat dilakukan secara online 7x24 jam. Dengan perubahan itu diperhitungkan akan ada efisiensi biaya Rp 402 miliar pertahun dan efisiensi waktu sebesar 91%.

Kedua, untuk kegiatan pemesanan truk dari yang sebelumnya dilakukan secara manual dan terkesan tidak transparan maka, sekarang dapat dilakukan pemesanan secara online melalui website. Dengan transformasi tersebut akan ada efisiensi biaya sebesar Rp 975 miliar per tahun dan efisiensi waktu 50% utilisasi truk.

Baca Juga: Menkeu: Ekosistem NLE akan mempermudah proses perizinan hingga pembayaran logistik

"Sebelumnya pemesanan truk manual dan truk dan supir nongkrong lama sekarang lebih efisien dan tercatat, ada transaksi pemesanan online berbasis website kayak persen ojek online," jelasnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×