Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah telah menarik utang baru sebesar Rp 501,5 triliun hingga 30 September 2025. Angka tersebut setara 68,6% dari outlook pembiayaan utang dalam APBN 2025 yang mencapai Rp 731,5 triliun.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan, pembiayaan utang dilakukan secara hati-hati dan terukur, baik melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah maupun valuta asing (valas).
"Kita terus melakukan pembiayaan yang sifatnya memitigasi risiko, kita melakukan secara sangat-sangat terukur, dan kita melakukan berbagai macam hubungan dengan investor untuk memastikan pembiayaan utang kita on track,” ujar Suahasil dalam konferensi pers, Selasa (14/10).
Baca Juga: Pemerintah Berencana Perluas Ukuran Rumah Subsidi Jadi 45 Meter
Suahasil menjelaskan, pada 16 Oktober 2025 pemerintah telah menerbitkan SBN valas untuk pasar internasional. Penerbitan ini bersifat dual currency, yakni US$ 1,85 miliar dan €600 juta (euro), dengan imbal hasil atau yield yang dinilai cukup kompetitif.
“Kemampuan kita menerbitkan SBN valas menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap perekonomian, pengelolaan makroekonomi, dan pengelolaan fiskal Indonesia,” ungkap Suahasil.
Ia menambahkan, SBN valas tersebut diterbitkan dalam skema Sustainable Development Goals (SDG) Bonds, yang menandai komitmen Indonesia terhadap pembiayaan hijau untuk mencapai target SDG 2030. Ini merupakan penerbitan ketiga sejak pertama kali dilakukan pada September 2024.
Permintaan investor atas penerbitan tersebut juga sangat tinggi, mencapai lebih dari US$ 9,64 miliar dan €1,2 miliar, jauh di atas jumlah yang diterbitkan pemerintah.
"Kita sangat-sangat selektif dan juga bisa menekan harga dari yield ini. Bukan hanya di valuta asing dan pasar internasional, tapi seterusnya kita juga terus menjaga pasar SBN kita di dalam negeri,” jelasnya.
Suahasil menuturkan, tren yield SBN rupiah 10 tahun terus menurun, dari 6,98% di awal tahun menjadi sekitar 6,09% pada Oktober 2025. Penurunan ini menandakan turunnya beban bunga utang dan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia.
Selain itu, spread yield antara SBN rupiah tenor 10 tahun dengan US Treasury juga menyempit signifikan, dari 240–260 basis point di awal tahun menjadi sekitar 206 basis point.
“Spread kita 206 basis point itu cukup baik, bahkan lebih rendah dibandingkan sejumlah negara peers seperti Filipina, Brasil, Meksiko, dan Arab Saudi,” tutur Suahasil.
Ia juga mengungkapkan bahwa minat investor asing terhadap surat utang pemerintah tetap kuat, tercermin dari arus masuk atau capital inflow ke pasar SBN yang mencapai Rp 26 triliun hingga Oktober 2025.
“Ini mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap kinerja fiskal dan prospek ekonomi Indonesia,” pungkasnya.
Baca Juga: Kebijakan Fuel Surcharge Nataru Terbit Lebih Awal, Inaca: Dorong Penjualan Tiket
Selanjutnya: Pemerintah Berencana Perluas Ukuran Rumah Subsidi Jadi 45 Meter
Menarik Dibaca: Pendaftaran Sunrise Society Ke Tiga Sudah Dibuka, Bank Saqu Take Over GBK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News