kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.249   -49,00   -0,30%
  • IDX 7.065   -0,35   0,00%
  • KOMPAS100 1.057   1,04   0,10%
  • LQ45 829   -1,94   -0,23%
  • ISSI 215   0,58   0,27%
  • IDX30 423   -1,01   -0,24%
  • IDXHIDIV20 513   -0,22   -0,04%
  • IDX80 120   0,02   0,02%
  • IDXV30 125   0,88   0,71%
  • IDXQ30 142   0,01   0,00%

Pemerintah nilai kisruh Libya belum ganggu ICP


Minggu, 27 Februari 2011 / 16:15 WIB
Pemerintah nilai kisruh Libya belum ganggu ICP
ILUSTRASI. Staf treasury memperhatikan lelang Surat Utang Negara (SUN) di Dealing Room Bank Rakyat Indonesi.


Reporter: Hans Henricus |

JAKARTA. Kisruh di Libya masih bergulir. Tapi, Pemerintah menilai krisis politik di negara anggota OPEC itu belum mengganggu harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP).

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan harga minyak mentah dunia memang naik akibat persoalan di Libya namun tidak akan berlangsung lama. "Ada yang memperkirakan di atas US$140 per barel, pandangan saya masih di level US$ 90 per barel rata-rata setahun," ujar Hatta akhir pekan lalu.

Dia bilang, pada tahun 2010 lalu sempat terjadi gonjang-ganjing lonjakan harga minyak mentah dunia sudah di atas US$ 90 per barel. Tapi, kata Hatta, ternyata harga rata-rata ICP sepanjang tahun 2010 hanya sekitar US$ 78 per barel.

Oleh sebab itu, hingga kini pemerintah belum berencana mengubah patokan harga ICP dalam APBN 2011 yang sebesar US$80 per barel. "ICP kita itu di bawah harga yang berlaku baik NYMEX maupun Brent, jauh di bawah itu," katanya.

Namun demikian Hatta menjamin pemerintah selalu waspada gejolak harga minyak dunia. Menurutnya pemerintah menjalankan dua kebijakan dalam menghadapi persoalan harga minyak.

Pertama, memastikan pasokan (supply) minyak dalam negeri berjalan lancar. Menurutnya, pemerintah optimis produksi minyak mentah (lifting) tahun 2011 mencapai target 970 ribu barel per hari. "Jangan berleha-leha, genjot produksi tingkatkan eksplorasi dan eksploitasi," kata mantan Menteri Sekretaris Negara itu.

Kedua, mengelola permintaan (demand) bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Caranya melalui penghematan maupun mencari alternatif energi terbarukan.

Hatta menambahkan belum ada rencana menaikkan harga BBM. "Pemerintah belum terpikirkan untuk berbicara soal kenaikan BBM sekarang, belum ada sama sekali," janjinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×