kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah beri insentif demi cegah efek corona, ekonom Core: Sektor manufaktur butuh


Selasa, 25 Februari 2020 / 21:59 WIB
Pemerintah beri insentif demi cegah efek corona, ekonom Core: Sektor manufaktur butuh
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah hendak menggelontorkan dana hampir Rp 10 triliun untuk dongkrak ekonomi di tengah penyebaran dampak negatif wabah virus corona. Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendongkrak sektor pariwisata dan menjaga daya beli masyarakat.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy mengapresiasi langkah pemerintah. Menurutnya, langkah yang telah diambil pemerintah adalah langkah strategis, mengingat sektor-sektor tersebut memang memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Baca Juga: Pemerintah beri stimulus untuk cegah dampak virus corona, begini kata ekonom BCA

Meski begitu, Yusuf memandang bahwa masih perlunya stimulus bagi sektor manufaktur, apalagi mengingat perkembangan sektor manufaktur Indonesia masih terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.

"Apalagi, sektor seperti manufaktur ini juga menyerap tenaga kerja yang banyak. Jadi, dengan adanya tambahan insentif di sektor ini dan dengan adanya kebijakan untuk percepatan kartu pra kerja, tentu ini bisa lebih optimal. Ada pekerja yang terlatih dan ada lapangan pekerjaan," kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (25/2).

Yusuf juga menyarankan agar pemerintah memperhatikan sektor perdagangan. Apalagi, ekspor dan impor juga memiliki andil terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karenanya, Yusuf mengimbau agar pemerintah bisa memetakan pasar pengganti bagi ekspor dan impor Indonesia.

Apalagi, China merupakan negara tujuan ekspor sekaligus negara yang banyak mengirimkan barang impor terutama bahan baku dan modal ke Indonesia.

"Apalagi saat ini salah satu tantangan dari pelaku industri adalah kekurangan bahan baku. Jadi pemerintah bisa mencari alternatif negara lain untuk jadi tempat impor bahan baku," tambahnya.

Selain mencari alternatif diversifikasi pasar tersebut, Yusuf juga menyarankan agar pemerintah meringankan beban para pelaku industri yang impor dengan cara memberi insentif bagi bea masuk produk impor untuk sementara waktu.

Baca Juga: Gelontorkan stimulus, pemerintah berharap geliat ekonomi tetap kuat

Selain kebijakan fiskal, Yusuf juga menyorot pentingnya bauran kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral. 
Menurutnya, Bank Indonesia (BI) bisa mengambil langkah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah.

Menurutnya, hal ini bisa dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah dan menjaga likuiditas di pasar keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×