Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Defisit neraca perdagangan dengan China sulit ditekan. Bahkan, Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan memprediksi defisit neraca perdagangan antara Indonesia dengan China masih berlanjut.
Syahrial beralasan, produk China yang dilempar ke pasar internasional cukup hebat dan dapat mendominasi pasar domestik di beberapa negara. Bahkan, dia mengakui sulit untuk melawan dan menyejajarkan produk nasional dengan produk buatan China. “Kalau China kan mereka misalnya membuat produk yang dipakai mulai dari kepala sampai kaki kita, semuanya dibuat. Kalau kita kan nggak,” ucapnya, Kamis (6/1).
Sekadar informasi saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari-November 2010, neraca perdagangan sektor non-migas Indonesia dengan China mengalami defisit US$ 5,32 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibanding periode sama 2009 yang sebesar US$ 4,29 miliar. “Defisit dengan China saat ini yang terbesar dibandingkan hubungan dagang bilateral antara kita dengan negara-negara lain,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan.
Namun, Syahrial mengatakan tren defisit itu bisa berubah tergantung dari kebijakan strategis yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian. ”Hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah memacu sektor industri manufaktur,” tandasnya.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN Prasetijono Widjojo menambahkan, meski defisit perdagangan dengan China masih akan terus berlanjut, pemerintah optimis 2011 akan jauh lebih baik. Begitu pula dengan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar. Dia optimis kedepannya neraca perdagangan RI bisa lebih baik, termasuk dengan China.
Pasalnya, pemerintah akan mengupayakan peningkatan ekspor produk non migas guna menekan tren defisit perdagangan dengan China. Ia mengatakan, hal itu tentunya disertai upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News