Reporter: Irma Yani, Fahriyadi | Editor: Edy Can
JAKARTA. Awal 2011 ini, genap setahun dimulainya pelaksanaan pasar bebas ASEAN-China alias ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA). Hasilnya, serbuan barang impor terutama dari China membanjiri pasar domestik kita. Tak pelak, AC-FTA pun jadi pukulan telak bagi Indonesia lantaran defisit neraca perdagangan terhadap China semakin besar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari-November 2010, neraca perdagangan sektor non-migas Indonesia dengan China mengalami defisit US$ 5,32 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibanding periode sama 2009 yang sebesar US$ 4,29 miliar. “Defisit dengan China saat ini yang terbesar dibandingkan hubungan dagang bilateral antara kita dengan negara-negara lain,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan (3/1).
Djimanto, Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, defisit neraca dagang dengan China membuktikan industri dalam negeri belum mampu bersaing dalam perdagangan bebas. Kendati secara kualitas produk Indonesia lebih baik ketimbang produk China, tapi, "Harga yang murah membuat produk China lebih merajai pasaran," ujar Djimanto.
Sependapat, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Haryadi Sukamdani menambahkan, defisit perdagangan dengan China memberi sinyal bahwa industri dalam negeri kian tergilas. "China pandai dengan mengekspor barang jadi, sementara kita mengekspor barang mentah," imbuhnya.
Karena itu, untuk mengurangi defisit perdagangan dengan China, Indonesia harus meningkatkan daya saing produk lokal dan lebih banyak mengekspor barang jadi dan setengah jadi dengan harga kompetitif.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah harus bisa menekan high cost economy dengan memberantas praktik pungutan liar, memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menjamin kepastian hukum. Selain itu, Indonesia mutlak membutuhkan pembenahan infrastruktur agar transportasi lebih efektif. Dus, agar pasar Indonesia tak makin goyah diserbu produk China, pemerintah sebaiknya mengefektifkan perlindungan pasar dalam negeri.
Indonesia tak punya pilihan selain segera menaikkan daya saing industri dalam negeri agar tidak kian tergilas dalam era AC-FTA. Sebab bukan hanya dengan China, perdagangan Indonesia juga defisit terhadap sejumlah negara ASEAN. Dengan Thailand, misalnya, pada Januari-November 2010 neraca perdagangan kita defisit US$ 3,12 miliar. Sementara dengan Singapura defisit US$ 460 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News