Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minimnya investasi di dalam negeri pada tahun lalu membuat Presiden Joko Widodo heran. Sebab, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) tercatat tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis tahun ini, realisasi investasi bakal meningkat.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, penurunan investasi tak lepas dari sentimen negatif global sepanjang tahun lalu yang cukup kuat. Di antaranya perang dagang, kenaikan suku bunga acuan global, hingga kebijakan pajak pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menarik modal kembali ke Negeri Paman Sam tersebut.
Namun, Lembong meyakini, iklim investasi mulai membaik sejak akhir tahun lalu. "Perbaikan pun semakin kencang memasuki awal tahun ini," kata Lembong dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi yang digelar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Selasa (12/3).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo pun merasa heran terhadap kondisi investasi Indonesia yang sangat minim. Pasalnya, Indonesia memiliki banyak peluang yang mestinya bisa menarik lebih banyak investor ke dalam negeri.
Pertama, Indonesia telah mendapat peringkat atau sovereign credit rating layak investasi (investment grade) sejak 2017. Lembaga internasional seperti Standard & Poor's, Fitch Ratings, dan Moody's Investor Service menyematkan outlook stabil pada Indonesia dengan rating masing-masing BBB-, BBB, dan Baa2.
Kedua, Jokowi mengatakan, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) belum lama ini menyurvei CEO di sejumlah perusahaan multinasional. "Hasilnya mendudukan Indonesia pada urutan keempat destinasi investasi paling menarik dunia. Ini juga menjadi modal besar," ujar Jokowi.
Ketiga, Jokowi menilai indikator perekonomian dan fiskal Indonesia dalam keadaan yang sangat baik dan sehat. Kebijakan moneterpun dinilai sangat responsif terhadap situasi perekonomian domestik maupun eksternal. Tambah lagi, infrastruktur sudah jauh lebih baik dan akan terus diperbaiki agar arus logistik, transportasi, dan mobilitas orang menjadi semakin cepat.
Selanjutnya, Jokowi juga mengingatkan bahwa perang dagang antara AS dan China bisa menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan. Pasalnya, banyak investor yang tengah mencari lokasi baru untuk memindahkan investasinya.
"Ini harus dimanfaatkan. Duta besar dan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) bisa menghubungkan, BKPM juga bisa jemput bola ke sana," kata dia.
Bahkan, Jokowi mencontohkan, industri produk kayu dan mebel banyak yang berbondong-bondong ingin keluar dari China. Namun, kebanyakan dari investor tersebut lebih memilih Vietnam ketimbang Indonesia padahal bahan baku kayu, rotan, dan bambu justru ada di Indonesia.
"Kita punya semua raw material kayu, tapi pangsa ekspor kita ke Amerika Serikat (AS) hanya 3%, sedangkan Vietnam 16%," pungkasnya.
Oleh karena itu, Jokowi menegaskan betapa besarnya potensi sekaligus peluang yang dimiliki Indonesia untuk mendorong pertumbuhan investasi. Ia berharap, Indonesia tak lagi kalah dalam merebut investasi dan merebut pasar di kemudian hari.
Merespon hal tersebut, Lembong menyatakan percaya diri terhadap pertumbuhan investasi di Indonesia tahun ini. Targetnya PMDN dan PMA bisa tumbuh double-digit di akhir 2019. "Semangat kami mendorong kesiapan yang setinggi-tingginya untuk merevitalisasi investasi," tandas Lembong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News