Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia makin meningkat pada tahun 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, PDB per kapita Indonesia pada tahun 2022 sebesar US$ 4.783,9 triliun atau naik 14,14% yoy dari US$ 4.349,5 triliun pada tahun 2021.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, bisa saja peningkatan PDB per kapita menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan penduduk.
Namun, ini juga harus dipertimbangkan kondisi ketimpangan yang ada di Indonesia.
Kalau ketimpangan meningkat, berarti peningkatan PDB per kapita bisa mengindikasikan pendapatan besar hanya dirasakan oleh orang-orang tertentu.
"Sebaran peningkatan pendapatan juga perlu dilihat. Jangan-jangan kue peningkatan pendapatan ini tidak dirasakan oleh semua penduduk," ujar David kepada Kontan.co.id, Jumat (24/2).
Baca Juga: PDB Per Kapita RI Naik, Bukan Berarti Kesejahteraan Masyarakat Meningkat
Namun, David melihat memang ada potensi peningkatan PDB per kapita lagi pada tahun 2023. Bahkan, David optimistis PDB per kapita bisa tembus US$ 5.000 pada tahun ini.
Meski begitu, tetap upaya pemerintah tetap perlu dilakukan. Seperti, menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% yoy pada tahun 2023.
Tak hanya menjaga agar angka pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerintah juga perlu untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja yang juga besar. Salah satunya, dengan mendorong pertumbuhan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
"Karena, kalau dibandingkan dengan 10 hingga 15 tahun lalu, penyerapan tenaga kerja tiap 1% pertumbuhan ekonomi pada era sekarang, lebih rendah. Jadi penyerapan tenaga kerja jadi kunci," tambahnya.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menggenjot investasi untuk memiliki porsi yang lebih besar dalam komponen PDB.
Bila saat ini porsi investasi pada PDB hanya sekitar 30%, pemerintah harus memperbesar porsinya setidaknya di atas 40%.
Baca Juga: APBN Surplus Rp 90,8 Triliun pada Januari, Ini Pendorongnya
Dalam menggenjot pertumbuhan pun, pemerintah harus bisa memenuhi target belanja.
Plus, menjaga keyakinan masyarakat juga diperlukan. Ini untuk mendorong konsumsi rumah tangga tetap bergulir sehingga makin kuat mendorong pertumbuhan.
Tak hanya dari sisi menggenjot pertumbuhan, otoritas juga perlu untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar tak melemah lebih dalam.
Dengan demikian, David yakin PDB per kapita bisa naik lebih tinggi. Ini juga akan memenuhi asa pemerintah untuk menjadi negara maju dengan PDB per kapita di atas US$ 12.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News