Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona berdampak jelas terhadap kinerja perdagangan. Sebab, sekitar 70%-80% bahan baku industri di Indonesia merupakan produk impor. Dus, bila impor turun bakal ganggu ekspor Indonesia. Apalagi, ekonomi China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia belum pulih dari virus corona.
Alhasil sejumlah ekonom memprediksi neraca perdagangan Indonesia bulan Februari bakal defisit tipis. Kepala Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah meyakini wabah corona diperkirakan akan menyebabkan ekspor dan impor Indonesia ke China turun.
Baca Juga: Kemendagri minta pemda angkat jubir untuk beri informasi seputar corona
Meski demikian, koreksi ekspor tidak sedalam impor. Piter meramal defisit neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2020 di kisaran US$ 100-US$ 200 juta.
“Pertumbuhan impor dan ekspor di luar China tidak akan bisa menutup penurunan impor dan ekspor China. Khususnya ekspor ke luar China karena permintaan dari luar China juga sedang menurun,” kata Piter kepada Kontan.co.id, Selasa (3/2).
Sejalan Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyampaikan penurunan impor akan menyebabkan produksi barang ekspor dari Indonesia dalam beberapa bulan ke depan bakal lesu, akibat sulitnya memperoleh bahan baku industri.
Namun, penurunan ekspor tidak akan sedalam impor. Indef memperkirakan pada Februari 2020 masih terjadi defisit neraca dagang meskipun tidak terlalu lebar atau kurang dari US$ 1 miliar.
“Dampak corona bisa berlangsung cukup lama, karena penyebarannya yang lebih luas dari sars tahun 2003. Estimasi recovery ke ekonomi sembilan-dua belas bulan,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (3/2).
Baca Juga: Strategi Sogo Indonesia bidik kenaikan pendapatan 10% di tengah wabah virus corona
Bhima bilang, dari sisi moneter Bank Indonesia sekiranya perlu turunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poits lagi atau menjadi 4,25% dari posisi saat ini di level 4,75%. Ini membuat biaya pinjaman lebih murah bagi pelaku usaha khususnya yang berorientasi ekspor.
Sementara itu, solusi lain yang bisa dilakukan adalah segera menurunkan harga gas industri itu sangat menolong biaya produksi manufaktur. Kemudian pemerintah bisa tambah lagi diskon tarif listrik untuk sektor padat karya seperti tekstil pakaian jadi di jam sibuk yakni jam 08.00-17.00.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News