kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Para ekonom minta pemerintah tekan impor agar CAD tak membengkak


Rabu, 15 Agustus 2018 / 22:00 WIB
Para ekonom minta pemerintah tekan impor agar CAD tak membengkak
ILUSTRASI. Bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Patricius Dewo | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah untuk stop barang impor dinilai mampu mengurangi Current Account Deficit (CAD). Namun dampak pembatasan impor ini bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi ke level 5,1%- 5,2%.

Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank mengatakan, pembatasan barang impor dinilai mampu mengurangi tekanan dari CAD. Namun, selain itu pemerintah juga harus melakukan penundaan proyek-proyek infrastruktur dan kenaikan harga BBM non subsidi, bahkan kalau memang terpaksa pemerintah bisa melakukan pembatasan untuk impor BBM.

"CAD mesti dikurangi, salah satunya dengan tunda proyek-proyek infrastruktur yang tidak urgent dan pakai konten impor yang besar. Lainnya, pemerintah mesti aktif beli SBN ketika ada aksi jual agar harga bonds tidak terlalu jatuh dan cegah outflow. BUMN yang sahamnya anjlok bisa buy back saham mereka jika diperlukan," ujar Eric pada Kontan.co.id, Rabu (15/8).

Selain itu, Eric juga bilang dengan pembatasan impor yang dilakukan pemerintah, ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang menurun ke level 5,1%-5,2%. Namun untuk prediksi pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun diperkirakan akan berada di angka 5,2%-5,3%.

Pasalnya dari sisi BI sudah cukup banyak yang dilakukan untuk menstabilkan nilai rupiah misalnya, menaikkan BI 7 DRR dan intervensi di pasar valas dan SBN.

Pieter Abdullah, ekonom CORE mengatakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan pemerintah memang harus membatasi impor. Tentunya harus terpilih karena kalau salah membatasi bisa berdampak negatif terhadap ekspor dan inflasi.

Barang-barang yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku industri manufaktur yang memproduksi barang-barang ekspor jangan sampai dibatasi.

“Demikian juga dengan barang-barang pangan karena bisa memicu kelangkaan dan inflasi. Di sisi lain membatasi impor barang-barang konsumsi seperti barang elektronik akan berdampak positif tanpa banyak implikasi. Dalam jangka pendek kebijakan ini akan efektif menahan pelebaran atau bahkan mengurangi CAD. Tapi impossible membuat CAD positif,” katanya.

Kebijakan pemerintah di sisi lain kemungkinan akan menahan laju konsumsi rumah tangga yang berperan significant terhadap pertumbuhan. Namun pasca lebaran konsumsi memang sedang trend menurun sehingga dampaknya terhadap konsumsi dan pertumbuhan diperkirakan tidak cukup besar dan diperkirakan pertumbuhan sampai akhir tahun ini akan berada di angka 5,1% - 5,2%.

"Sementara ini saya masih meyakini pertumbuhan tahun ini berkisar 5.1% sampai 5.2% ," ujar Pieter.

Di sisi lain, ekonom senior Faisal Basri mengatakan pembatasan barang impor oleh Pemerintah tidak akan berdampak besar terhadap Product Domestic Bruto (PDB) negara Indonesia. Pasalnya yang dibatasi pemerintah hanyalah pembatasan produk-produk konsumsi yang kontribusinya hanya 9,41%. Ia menilai kontribusi ini tidak besar dibanding dengan impor untuk proyek-proyek infrastruktur.

"Sekarang baru sadar kan, setelah menggenjot infrastruktur sedemikian rupa, lalu rupiah melemah ke Rp 14 Ribu, pas kejedot baru sadar. Impor barang-barang konsumsi kan ngga besar, cuma 9,41% ngga bakal berdampak besar ke PDB," ujar Faisal pada Kontan.co.id.

Terakhir, ia bilang sampai akhir tahun pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus menurun, bahkan bisa di bawah 5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×