kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,42   6,96   0.76%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pakar: 70.000 orang di Indonesia dapat terinfeksi corona sebelum Ramadan


Senin, 23 Maret 2020 / 07:03 WIB
Pakar: 70.000 orang di Indonesia dapat terinfeksi corona sebelum Ramadan
ILUSTRASI. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada orang dalam pengawasan (ODP) di Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/3/2020). Tes tersebut diperuntukan bagi peserta Seminar Anti Riba yang berlangsung


Sumber: The Jakarta Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Sekelompok peneliti di Pusat Pemodelan dan Simulasi Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelumnya memperkirakan bahwa wabah akan berakhir pada pertengahan April dan menginfeksi sekitar 800.000 orang.

Baca Juga: Warning ilmuwan China: Virus corona akan menyerang Eropa selama dua tahun!

Nuning Nuraini, salah satu peneliti, mengatakan tim telah menggunakan model estimasi parameter berdasarkan penyebaran infeksi di Korea Selatan, yang telah dipuji karena langkah-langkah pencegahan agresif dan pengujian cepat skala luas.

Salah satu langkah tersebut adalah menyediakan pusat pengujian drive-through COVID-19 yang mampu menguji ribuan orang, menangkap infeksi lebih awal dan bergegas membawa pasien ke rumah sakit untuk mengekang penyebaran penyakit.

Pemodelan para peneliti ITB lebih "optimistis" dibandingkan dengan yang lain. Namun, pada hari Jumat, setelah pemerintah mengumumkan bahwa negara tersebut telah mencatat 369 kasus positif, Ninung mengatakan mereka tidak bisa lagi menggunakan parameter Korea Selatan untuk memperkirakan profil epidemi di Indonesia, karena kasus yang dikonfirmasi di sini terus meningkat secara signifikan.

Baca Juga: Mulai hari ini, operasional Bank Danamon hanya hingga pukul 14.30 WIB

Dia menambahkan bahwa situasinya bisa lebih baik dan tingkat infeksi dapat ditekan.

“Tetapi jika metode intervensi kami tidak efektif, maka puncaknya bisa bergeser, seperti yang dijelaskan Hadi. Setiap orang harus bekerja bersama untuk mencegah penyebaran penyakit. Jika ini tidak terjadi, maka jumlah kasus tidak akan berkurang. Pandemi influenza Spanyol menewaskan sepertiga dari populasi dunia. Jangan sampai itu terjadi lagi,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Panji Hadisoemarto dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan peneliti senior di Pusat Studi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Center) universitas, semua pemodelan matematika COVID-19 yang dibuat oleh para ilmuwan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang andal kepada pemerintah untuk memperkirakan dampak penularan penyakit dan mengevaluasi efektivitas upaya mitigasi yang sedang digunakan.

Baca Juga: Efek Corona, Wahana Artha Tunda Sejumlah Ekspansi

“Kami harus memastikan bahwa intervensi efektif dan ditegakkan; pemerintah harus memberi lebih dari sekadar rekomendasi. Dan semakin cepat intervensi, semakin baik," tegas Panji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×