kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OECD ramal pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2021 di bawah 5,1%


Jumat, 22 November 2019 / 16:05 WIB
OECD ramal pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2021 di bawah 5,1%
ILUSTRASI. lidya.yuniartha@kontan.co.id-Kointainer-kontainer di Pelabuhan Labuan Bajo, Sabtu (21/9).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)  memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 5% sampai 2021. 

Lembaga internasional tersebut melihat konsumsi domestik masih akan menjadi jangkar utama ekonomi Indonesia di tengah kondisi perekonomian global yang bergejolak ke depan. 

Baca Juga: OECD proyeksi pertumbuhan ekonomi global makin rendah hanya 2,9% di 2019

Dalam laporan terbarunya,  OECD Economic Outlook Volume 2019 Issue 2,  OECD meramal pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya mencapai 5,04%. Sementara pada 2020 dan 2021, pertumbuhan diperkirakan masing-masing sebesar 5,01% dan 5,05%.

Ramalan OECD terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan jauh lebih rendah dari target pemerintah yang optimistis  bisa mencapai 5,3% di 2020. 

Sumber utama pertumbuhan, menurut OECD, masih berasal dari tingkat konsumsi domestik yang tinggi seiring dengan terkendalinya tingkat inflasi, bertambahnya dana bantuan sosial, menurunnya tingkat pengangguran, dan tingkat suku bunga yang rendah.

Baca Juga: Ditopang konsumsi dan investasi, BI proyeksi ekonomi tahun ini bisa tumbuh 5,1%

Begitu juga dari sisi investasi, OECD menilai ada kesempatan untuk meningkat seiring dengan pudarnya ketidakpastian politik pasca pemilihan umum, dukungan finansial di dalam negeri yang memadai, serta proyek-proyek pembangunan infrastruktur pemerintah yang akan berlanjut lagi di 2020. 

Dari sisi ekspor, perlambatan pertumbuhan ekonomi China memang akan menjadi salah satu beban. Namun, Indonesia masih dapat mengupayakan pertumbuhan ekspor dari kerja sama perdagangan dengan negara lain sehingga dampak pelemahan China bisa ter- offset. 

Adapun risiko tahun 2020-202, menurut OECD, ialah jika perang dagang semakin memburuk sehingga kian menekan harga komoditas maupun perdagangan ekspor. 

Baca Juga: BI turunkan GWM rupiah, langkah antisipatif guna menstimulus pertumbuhan ekonomi

Perang dagang yang memburuk juga dapat menyetir arus modal keluar ( risk-aversion) sehingga berpotensi mendesak bank sentral mengerek suku bunga acuan.

Naiknya suku bunga acuan tentu akan membebani permintaan domestik, khususnya investasi, sehingga berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

Baca Juga: BI ramal CAD dan NPI akan menorehkan kinerja baik pada 2019

Sebaliknya, jika ketidakpastian global maupun dalam negeri menurun dan tingkat keyakinan usaha membaik, pertumbuhan investasi bisa lebih kuat dari yang diharapkan. Dengan pertumbuhan investasi yang kuat, pertumbuhan ekonomi pun bisa semakin tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×