Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) meningkat 0,63% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 124,36 pada September 2025.
Kenaikan NTP ini artinya, harga hasil panen petani naik lebih cepat daripada harga barang-barang yang mereka beli. NTP juga menjadi indikator yang mengukur kemampuan daya beli petani di pedesaan, menunjukkan seberapa baik mereka bisa bertukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang dibutuhkan.
Dalam laporannya, BPS mencatat NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan peternakan.
Baca Juga: BPS: Luas Panen Padi Naik 9,18% di Agustus 2025
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan NTP pada September 2025 naik jika dibandingkan dengan periode Agustus 2025 yang berada di level 123,57.
NTP dihitung dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib). "Peningkatan NTP ini terjadi karena It naik sebesar 0,71%, lebih tinggi dari kenaikan Ib yang sebesar 0,08%,” kata Habibullah dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (1/10/2025).
Habibullah menuturkan, nilai It mengalami kenaikan sebesar 0,71% dari 153,95 pada Agustus 2025 menjadi 155,04 pada September 2025. Dari sana, komoditas penyumbang It secara nasional adalah kopi, kelapa sawit, cabai merah, dan karet.
Sementara itu, nilai Ib naik 0,08% dari 124,58 pada Agustus 2025 menjadi 124,67 pada September 2025. Adapun, komoditas penyumbang poada Ib antara lain cabai merah, daging ayam ras, sigaret kretek mesin (SKM), dan telur ayam ras.
Jika dilihat lebih jauh, subsektor yang mengalami peningkatan NTP tertinggi adalah subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 1,57% dari 157,30 pada Agustus 2025 menjadi 159,77 pada September 2025.
“Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalmai peningkatan NTP sebesar 1,57%. Hal ini karena It naik sebesar 1,68%, lebih tinggi dari kenaikan Ib,” sebut Habibullah.
Dalam hal subsektor tanaman perkebunan rakyat, komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan It adalah kopi, kelapa sawit, karet dan cengkih.
Baca Juga: BPS: Emas Perhiasan Pendorong Utama Inflasi September 2025, Naik 25 Bulan Beruntun
Selain itu, BPS juga mengungkap subsektor dengan peningkatan tertinggi kedua adalah peternakan (NTPT) sebesar 1,51%. Pada Agustus 2025, NTPT mencapai 100,47 dan naik menjadi 101,99 pada September di tahun ini. Habibullah menuturkan, kenaikan NTPT terjadi lantaran It yang naik lebih tinggi dibandingkan Ib.
“Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan It adalah ayam ras pedaging, telur ayam ras, ayam kampung, dan sapi potong,” lanjutnya.
Di sisi lain, subsektor dengan penurunan NTP terdalam terjadi pada horikultura (NTPH) sebesar 1,63%. NTP pada subsektor ini turun dari 122,89 pada Agustus 2025 menjadi 120,89.
Beranjak pada nilai tukar nelayan (NTN), BPS mencatat NTN mengalami peningkatan sebesar 0,14%. Hal ini karena It yang naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib. Dari sana, komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan It untuk subsektor NTN adalah tongkol, teri, hingga kakap.
Selanjutnya: Penurunan Harga Bawang Merah, Tomat, hingga Cabai Rawit Redam Inflasi September 2025
Menarik Dibaca: Party at Eden Merilis Single Baru Kolaborasi Bareng Haricoolest Barbershop
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News