kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,13   -1,63   -0.18%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca migas defisit, ekonom: Kinerja ekspor migas yang memburuk


Rabu, 15 Januari 2020 / 20:58 WIB
Neraca migas defisit, ekonom: Kinerja ekspor migas yang memburuk
ILUSTRASI. BPS mencatat neraca minyak dan gas (migas) sepanjang tahun 2019 mengalami defisit sebesar US$ 9,35 miliar. KONTAN/Baihaki/3/1/2020


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca minyak dan gas (migas) sepanjang tahun 2019 mengalami defisit sebesar US$ 9,35 miliar. Meski mengalami defisit, ini lebih rendah dari defisit sepanjang tahun sebelumnya yang sebesar US$ 12,70 miliar.

Menurut peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi, penurunan defisit neraca migas tersebut juga merupakan buah dari langkah pembatasan impor migas oleh pemerintah.

"Kalau dilihat, impor tercatat turut cukup signifikan dan penurunan impor migas terjadi pada komponennya," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Baca Juga: Defisit neraca dagang memperberat IHSG pada Kamis (16/1)

Menurut BPS, nilai impor migas sepanjang tahun 2019 tercatat sebesar US$ 21,89 miliar atau turun 26,73% yoy dari sepanjang tahun 2018 yang mencapai US$ 29,87 miliar.

Ini terdiri dari impor minyak mentah yang terkoreksi 37,73% yoy menjadi US$ 5,70 miliar, impor hasil minyak yang turun 22,50% yoy menjadi US$ 13,67 miliar, dan impor gas yang turun 18,17% yoy sebesar US$ 2,50 miliar.

Defisit neraca migas pada sepanjang tahun 2019 tersebut dirasa Eric adalah imbas dari kinerja ekspor migas yang memburuk. Hal ini juga terlihat dari data BPS yang menyebut bahwa nilai ekspor migas sepanjang tahun 2019 yang tercatat turun 27% yoy menuju US$ 12,54 miliar.

Baca Juga: BPS: Gini Ratio September 2019 tercatat turun tipis ke 0,380

Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor gas sebesar 13,81% dengan nilai total ekspor US$ 8,90 miliar serta minyak mentah yang turun 67,05% dengan nilai total ekspor mencapai US$ 1,70 miliar.

Meski begitu, ada peningkatan pada industri pengolahan hasil minyak sebesar 17,71% dengan nilai ekspor menjadi US$ 1,93 miliar.

Penurunan ekspor minyak mentah yang cukup signifikan tersebut dipandang lebih disebabkan oleh target produksi minyak yang tidak tercapai pada tahun 2019 dan bukan karena masalah pada harga minyak.

Baca Juga: BPS: Jumlah penduduk miskin di Indonesia turun pada September 2019

"Karena harga minyak di tahun 2019 saja lebih tinggi daripada tahun sebelumnya," tandasnya.

Sebagai tambahan informasi, BPS pun juga mencatat bahwa terjadi kenaikan harga minyak mentah pada akhir tahun 2019. Dari yang semula sebesar US$ 63,26 per barel, menjadi US$ 67,18 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×