kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Negara emerging market di Asia mulai membalik arah kebijakan suku bunga acuan


Kamis, 07 Februari 2019 / 12:09 WIB
Negara emerging market di Asia mulai membalik arah kebijakan suku bunga acuan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral negara-negara emerging market di Asia mulai membalik arah kebijakan moneternya menjadi lebih longgar. Tingkat inflasi yang rendah, nilai tukar mata uang yang menguat, serta sinyal The Federal Reserve menahan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) menjadi pemicunya.

Pekan ini, setidaknya tiga negara Asia memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya. Kemarin, Rabu (6/2), Bank sentral Thailand telah terlebih dulu memutuskan untuk menahan suku bunganya pada level 1,75%.

Thailand menahan suku bunga setelah menaikkan sebesar 25 basis poin (bps) untuk pertama kali sejak 2011 pada Desember lalu. Selain itu, tingkat inflasi negara perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini melambat ke level terendah dalam 18 bulan terakhir pada Januari, seiring dengan penguatan nilai tukar baht yang mencapai sekitar 4% terhadap dollar AS di awal tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Kamis (7/2), bank sentral Thailand mengaku akan tetap memantau pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kestabilan keuangan dalam menentukan kebijakan yang akomodatif di periode mendatang.

Sementara, The Monetary Policy Committee Reserve Bank of India bakal mengumumkan keputusan tingkat suku bunganya hari ini, Kamis (7/2). Sebanyak 8 dari 38 ekonom yang disurvei Bloomberg memproyeksi bank sentral India bakal memangkas suku bunga acuan.

Sebab, inflasi India juga berada pada tingkat terendah dalam 18 bulan terakhir yaitu 2,2%. Indikasi pelemahan ekonomi juga menjadi faktor kuat di balik prediksi berbaliknya stance bank sentral India dari hawkish menjadi netral.

Meski tak memprediksi penurunan suku bunga acuan pada Februari ini, Kepala Ekonom HSBC Holding Plc India Pranjul Bhandari meyakini stance kebijakan bank sentral India bakal berubah menjadi netral.

"Kami melihat penahanan suku bunga acuan yang lebih panjang kali ini, berubah dari ekspektasi kami sebelumnya, yaitu ada kenaikan satu kali di 2019," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (7/2).

Bank sentral Filipina atau Banko Sentral Ng Pilipinas juga dijadwalkan menggelar Monetary Board Meeting pada hari ini. Dari 21 ekonom yang disurvey Bloomberg, seluruhnya memprediksi bank sentral Filipina akan menahan tingkat suku bunga pada level 4,75% di Februari.

Alasannya, tingkat inflasi Filipina pun mulai menurun dari sebelumnya 5,1% pada Desember, menjadi 4,4% pada Januari. 2019. Pemerintah Filipina mematok target inflasi pada kisaran 2% - 4% di 2019 hingga 2020.

Oleh karena itu, Deputi Gubernur Bank Sentral Filipina Diwa Guinigundo belum menunjukkan sinyal penurunan suku bunga selama inflasi masih berada di atas target. Menurutnya, pembalikan arah kebijakan moneter yang terlalu cepat bisa berdampak buruk bagi perekonomian.

Sepanjang 2018, Filipina termasuk salah satu negara di Asia yang paling agresif memperketat moneternya. Sama seperti Indonesia, Bank sentral Filipina mengerek suku bunga acuan sebanyak 175 bps, dari sebelumnya 3% menjadi 4,75%.

Adapun, sinyal penahanan suku bunga acuan juga tersirat dari Bank Indonesia. Pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akhir Januari lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa BI telah mengubah asumsinya terhadap kenaikan Fed Fund Rate di 2019.

Saat menaikkan suku bunga acuan November 2018 lalu menjadi 6,0%, Perry menyebut, BI telah memperhitungkan potensi kenaikan FFR di Desember dan Maret 2019.

"Setelah Desember dan Januari, kami melihat kenaikan FFR bukan lagi tiga kali, tetapi paling banter hanya dua kali," ujar Perry.

Oleh karena itu, Perry menyatakan, saat ini tingkat suku bunga acuan BI sudah hampir mencapai puncaknya.

Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi pada Januari 2019 hanya sebesar 0,32%, dengan inflasi secara tahunan 2,82% year-on-year (yoy). Sepanjang tahun ini, pemerintah mematok inflasi berada di kisaran 3,5% plus minus 1.

Mata uang rupiah juga terus menguat sejak awal Januari dan berada pada level Rp 13.975 per dollar AS, per pukul 12.00 siang ini. Secara year-to-date, rupiah telah mengalami apresiasi sebesar 2,95%.

Dengan tetap menerapkan kebijakan moneter yang preemptive dan forward-looking, Perry menyatakan BI akan mereview kembali stance kebijakannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya. RDG BI dijadwalkan digelar pada 20-21 Februari mendatang.

Melihat besarnya kemungkinan India memangkas suku bunga acuan, serta negara seperti Thailand, Filipina, hingga Indonesia menahan suku bunga lebih panjang ke depan, Kepala Ekonom Asia Tenggara Oxford Economics Ltd Singapura Priyanka Kishore menilai kebijakan moneter negara-negara emerging market Asia mulai membalik.

"Perubahan arah kebijakan The Fed dan risiko tertekannya permintaan global menjadi pemicu bergesernya kebijakan moneter sejumlah negara di Asia," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×