kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan


Rabu, 09 September 2020 / 07:00 WIB
Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan China untuk tidak melibatkan Indonesia dalam perjuangan regional guna mendapatkan pengaruh. 

"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini," tegasnya, Selasa (8/9).

Retno membuat pernyataan itu dalam sebuah wawancara dengan Reuters menjelang serangkaian pertemuan penting para menteri luar negeri negara anggota ASEAN minggu ini.

Aktivitas militer di Laut China Selatan telah meningkat tahun ini bersamaan dengan retorika permusuhan dan langkah kebijakan antagonis dari China dan AS. 

Baca Juga: Unjuk gigi, dua kapal induk China berlayar bareng untuk pertama kali

Itu meningkatkan kekhawatiran di antara beberapa negara Asia Tenggara bahwa risiko konflik bersenjata meningkat.

Sementara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah meningkatkan diplomasi mereka dalam upaya membujuk anggota ASEAN agar lebih bersimpati pada posisi mereka.

Selain Indonesia, ASEAN terdiri dari sembilan negara lain: Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei.

Realitas politik yang harus kita hadapi

Retno mengatakan, ASEAN harus tetap netral dan bersatu. “ASEAN, Indonesia, ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kami siap menjadi mitra,” kata Retno.

Baca Juga: Indo-Pasifik memanas, Taiwan ajak negara-negara demokrasi halangi tindakan agresif

China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatan. Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan atas perairan kaya sumber daya tersebut.

AS tahun ini telah meningkatkan operasi "kebebasan navigasi" di perairan yang diklaim oleh China, termasuk membawa dua kapal induk ke wilayah tersebut untuk pertama kalinya sejak 2014.

Angkatan Laut China juga telah meningkatkan tempo latihan di Laut China Selatan, termasuk menguji empat rudal balistik anti-kapal jarak menengah yang dijuluki "pembunuh kapal induk". 

Retno menyebutkan, peningkatan militerisasi di Laut China Selatan, dan permusuhan AS-China yang lebih luas, meresahkan.

Baca Juga: Gelar lebih banyak latihan militer, China: Kapal lain tak boleh masuk

"Satu kata: mengkhawatirkan," ungkap dia. "Itulah realitas politik yang harus kita hadapi".

Menurut Retno, pernyataan bersama bulan lalu oleh 10 menteri luar negeri ASEAN menunjukkan, negara-negara Asia Tenggara bersatu, berdedikasi untuk perdamaian dan tidak memihak karena hubungan China-AS memburuk.

"(ASEAN memiliki) budaya yang baik, tetapi kami harus memupuknya. Kami tidak dapat menerima begitu saja bahwa nilai-nilai ini akan hidup selamanya," katanya.

Selanjutnya: China peringatkan ASEAN: Jangan mendukung si biang onar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×