kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daya Beli Terpukul di Momen Ramadan, Mampukah Ekonomi Tumbuh pada Kuartal I?


Selasa, 12 Maret 2024 / 17:47 WIB
Daya Beli Terpukul di Momen Ramadan, Mampukah Ekonomi Tumbuh pada Kuartal I?
ILUSTRASI. Pengunjung memilih pakaian yang dijual saat diskon akhir tahun di Mal Ciputra Jakarta, Rabu (29/12). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah daya beli masyarakat yang terpukul akibat lonjakan harga pangan beberapa waktu terakhir ditambah momen Ramadan dan Idul Fitri, ekonomi Indonesia ditaksir masih mampu tumbuh di kuartal I 2024.

Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I 2023, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03% year on year (YoY), memang kuartal I tahun lalu juga bertepatan dengan momen Ramadan.

Pada periode tersebut konsumsi rumah tangga menyumbang pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,54% YoY. Adapun di kuartal I 2024 ini, pertumbuhan ekonomi juga diproyeksikan mencapai 5%-5,1%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memproyeksikan pada kuartal I ini pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5%. Menurutnya, penyumbang pertumbuhan tersebut dari industri manufaktur, perdagangan dan pertanian.

Baca Juga: Konser Musik Makin Semarak, Ekonomi RI Ikut Terdongkrak

“Tapi momen Ramadandi bulan Maret, juga mendorong sektor ritel perdagangan dan penyediaan makanan minuman juga tumbuh relatif lebih tinggi,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (12/3).

Faisal menyebutkan, di sektor pertanian juga bakal menjadi penyumbang pertumbuhan di kuartal I ini karena memasuki musim panen di Maret ini, sehingga menambah produktivitas ekonomi.

“Satu lagi karena kemarin ada momen pilpres di Februari juga mendorong tingkat konsumsi walaupun kontribusinya tidak sebesar di periode pemilu sebelumnya,” sebutnya.

Faisal mengungkapkan, hal yang perlu diwaspadai adalah tekanan dari kebijakan fiskal menjelang pemerintahan baru. Di mana, kata dia, khawatirkan pemerintahan baru cenderung mengejar pemasukan dari belanja yang harus direalisasikan sesuai janji kampanye.

“Seperti makan siang gratis, kemungkinan besar akan memakan porsi program lain yang sudah ada dan menambah dorongan untuk meningkatkan penerimaan,” ungkapnya.

Dia bilang, naiknya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) demi memenuhi peningkatan dari sisi belanja. Tetapi di saat yang sama, peningkatan penerimaan secara tidak hati-hati akan berdampak pada daya beli masyarakat.

“Apalagi diprediksi global tumbuh melambat, mitra dagang kita tumbuh lebih lambat tahun ini dikhawatirkan akan berimbas ke ekonomi domestik, termasuk selain ekspor-impor, juga konsumsi rumah tangga,” tandasnya.

Baca Juga: Tarif PPN Naik Jadi 12%, Begini Dampaknya pada Penerimaan Negara

Senada, Ekonom Center of Economic an Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 bisa mencapai level 5% - 5,1%. Menurutnya, momen Ramadanmembawa efek positif ke konsumsi rumah tangga.

“Kenaikan harga tidak akan mengurangi konsumsi rumah tangga di bulan Ramadan, hanya memperlambat,” katanya kepada KONTAN.

Huda menuturkan, seperti tahun sebelumnya, tiap kuartal yang bertepatan dengan momen Ramadandan lebaran biasanya lebih tinggi pertumbuhan ekonominya. Dia bilang, ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat pada momen tersebut terutama pangan dan sandang.

“Biasanya yang naik adalah sektor penyediaan makan dan minum, industri tekstil dan telekomunikasi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×