kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45937,48   9,13   0.98%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri Pertanian: Kenapa tiba-tiba terjadi lonjakan harga bawang seperti itu?


Senin, 17 Februari 2020 / 22:28 WIB
Menteri Pertanian: Kenapa tiba-tiba terjadi lonjakan harga bawang seperti itu?


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, harga bawang putih melonjak tajam. Meskipun Indonesia masih memiliki ketergantungan impor bawang putih dari negara lain, tetapi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan sebenarnya produksi dalam negeri untuk komoditas bawang putih, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga tiga bulan ke depan.

"Mengenai harga bawang putih yang naik, sebenarnya dalam data Kementan cukup, yang mengherankan kenapa tiba-tiba terjadi lonjakan seperti itu," ujar Syahrul dalam agenda rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR RI, Senin (17/2).

Baca Juga: Kementan: Imbas virus corona, ekspor-impor komoditas mengalami penurunan drastis

Menurutnya, salah satu penyebab lonjakan harga ini bukan disebabkan karena adanya penurunan ketersediaan bawang putih. Namun, adanya kepanikan masyarakat terhadap wabah virus Korona.

"Ini menurut saya adalah panic buying, ada kepanikan publik, distributornya juga mengurangi penjatahannya ke pasar, karena dia takut besok karena corona tidak ada lagi impor yang bisa masuk. Kedua, publik juga seperti itu, takut kehilangan bawang putih, sehingga membeli lebih cepat," ungkapnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pertanian (Kementan), saat ini masih ada sekitar 120 ribu ton pasokan bawang putih yang ada pada importir. Ditambah, pada bulan Maret sampai April 2020 mendatang, Indonesia akan memasuki musim panen yang diperkirakan akan memproduksi sekitar 30 ribu ton bawang putih.

Baca Juga: Harga gula pasir mulai merangkak naik

Berbagai data itulah yang membuat Syahrul merasa optimistis pasokan bawang putih Indonesia akan cukup untuk memenuhi konsumsi sampai tiga bulan ke depan.

"Kalau data yang ada pada kami, ada 120 ribu ton (bawang putih) masih ada di tangan importir yang ada. Kemudian kita akan panen di bulan Maret ini sampai April kira-kira 30 ribu ton, sedangkan penggunaan per bulan adalah 47 ribu lebih. Kalau begitu daya tahan kita sampai 3 bulan ke depan masih cukup menurut saya," kata Syahrul.

Kemudian, sebagai langkah antisipasi untuk mengatasi lonjakan harga tersebut, Kementan telah mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk komoditas bawang putih. Syahrul berharap, adanya RPIH ini nantinya dapat mengurangi lonjakan harga bawah putih di pasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×