kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MenkopUKM ungkap 3 strategi utama tingkatkan ekspor UMKM


Selasa, 15 Juni 2021 / 21:58 WIB
MenkopUKM ungkap 3 strategi utama tingkatkan ekspor UMKM
Menkop & UKM Teten Masduki, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Mendag Muhammad Lutfi, Wakil Ketua Umum KADIN Arsjad Rajid, dan Direktur Shopee Indonesia Handika Jahja saat diskusi UMKM Indonesia Menuju Pasar Global.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik meskipun saat ini Indonesia dan negara lain di dunia belum lepas dari jeratan pandemi Covid-19.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pertumbuhan ekonomi mulai membaik dari minus 2,19 di kuartal IV 2020 menjadi minus 0,74 di kuartal I 2021.

"Hal ini ditopang dari berbagai stimulus terutama belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang semakin membaik," ujar MenkopUKM Teten Masduki, dalam Webinar HR Academy, UMKM Fast Track untuk Peluang Ekspor Masuk Pasar Mesir, di Jakarta, Selasa (15/6).

Menurut Teten, hasil survei BRI Micro & SME Indeks (BMSI Q1-2021), Indeks Kepercayaan Pelaku UMKM kepada Pemerintah (IKP) terus meningkat dari 126,8 di Q3 2020 menjadi 136,3 di kuartal IV 2020.

Baca Juga: Pemerintah gandeng Kadin genjot digitalisasi UMKM

"Pelaku UMKM optimistis dan yakin Pemerintah mampu menangani dampak Covid-19 dengan baik. Saya kira IKP sudah pas dengan kebijakan pemulihan ekonomi nasional," ucap dia.

Teten mengatakan, digitalisasi harus mampu meningkatkan ekspor produk UMKM ke pasar dunia, terutama ke Mesir. Menurutnya, kontribusi ekspor UMKM masih tergolong rendah, yaitu 14%, dibanding beberapa negara lainnya seperti Singapura 41%, Thailand 29%, atau Tiongkok yang mencapai 60%.

"Pada tahun 2024, Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM akan meningkat menjadi 21,6%," ujar dia.

Sayangnya, kata Teten, statistik e-commerce 2020 (BPS) menunjukkan hanya 4,68 persen usaha e-commerce melakukan ekspor, 54,01 persennya adalah usaha di sektor perdagangan besar dan eceran, bukan sektor produktif.

Oleh karena itu, MenkopUKM Teten membeberkan 3 strategi utama yang akan dan sedang dilakukan untuk meningkatkan ekspor UMKM.

Pertama, penguatan database, pemetaan potensi produk maupun pasar melalui Basis Data Tunggal UMKM, preferensi pasar di negara tujuan, jaringan distribusi dan gudang di luar negeri, serta affirmative-action penurunan tarif di negara tujuan dan memperluas kerja sama dagang luar negeri.

Baca Juga: Digitalisasi produk, UMKM perlu kolaborasi antar stakeholder

"Butuh peran aktif Kemenlu, KBI/KJRI, Atase Perdagangan dan ITPC, BKPM, serta beberapa inkubasi ekspor swasta yang sudah kuat," kata Teten.

Kedua, peningkatan kualitas SDM dan produk melalui program pendidikan dan pelatihan, sekolah ekspor (target 500 ribu eksportir), standardisasi dan sertifikasi, dan factory sharing.

“Kami telah membuka pendaftaran bagi UKM yang memenuhi syarat untuk sertifikasi ISO, HACCP, SNI, Organik, FSSC/BRC, dan SVLK,” terang Teten.

Selain itu, bersama Bappenas, tahun ini KemenKopUKM akan melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi, dengan rencana awal FS untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).

Ketiga, kemudahan pembiayaan. Skema pembiayaan UKM untuk ekspor terus dipermudah di antaranya melalui kerja sama dengan beberapa sumber pembiayaan ekspor seperti LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, perbankan/himbara, dan skema alternatif lainnya: crowd funding, modal ventura, dan CSR.

"Skema KUR sebagaimana arahan Presiden terbaru dapat dimanfaatkan: plafon KUR dari sebelumnya maksimum Rp 500 juta naik menjadi Rp20 miliar. Dan, KUR tanpa agunan naik dari Rp 50 juta menjadi Rp100 juta," tambahnya.

Baca Juga: Pada 2030, kontribusi ekonomi digital diramal capai 18,87% dari PDB Indonesia

Teten menjelaskan, komoditas ekspor terbesar dari Indonesia ke Mesir berdasarkan data International Trade Center 2021 adalah minyak sawit nilai aktual 609 juta USD dengan potensi US$ 876,8 juta, kopi (green beans) nilai aktual US$ 54,7 juta.

Kemudian, kayu lapis/laminasi nilai aktual US$ 6,4 juta dengan potensi US$  32,9 juta, kelapa kering nilai aktual US$ 5,4 jutadengan potensi US$  28,2 juta.

Selain itu, minyak coklat nilai aktua US$l 5,4 juta dengan potensi US$ 13,8 juta, dan tuna kering/diawetkan nilai aktual US$ 3,3 juta dengan potensi US$ 23,2 juta. "Dengan data di atas, masih besar peluang dan potensi yang bisa kita maksimalkan untuk masuk pasar Mesir," tegas Teten.

Sebagai informasi, hadir dalam kesempatan tersebut Dubes RI untuk Mesir Lutfi Rauf dan Atase Pertambangan Kedutaan Besar Indonesia di Kairo Firman Adi Purwanto.

Selanjutnya: Jumlah lender fintech P2P lending terus bertambah, ini pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×