Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, bersama Bappenas, tahun ini KemenKopUKM akan melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi, dengan rencana awal FS untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).
Ketiga, kemudahan pembiayaan. Skema pembiayaan UKM untuk ekspor terus dipermudah di antaranya melalui kerja sama dengan beberapa sumber pembiayaan ekspor seperti LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, perbankan/himbara, dan skema alternatif lainnya: crowd funding, modal ventura, dan CSR.
"Skema KUR sebagaimana arahan Presiden terbaru dapat dimanfaatkan: plafon KUR dari sebelumnya maksimum Rp 500 juta naik menjadi Rp20 miliar. Dan, KUR tanpa agunan naik dari Rp 50 juta menjadi Rp100 juta," tambahnya.
Baca Juga: Pada 2030, kontribusi ekonomi digital diramal capai 18,87% dari PDB Indonesia
Teten menjelaskan, komoditas ekspor terbesar dari Indonesia ke Mesir berdasarkan data International Trade Center 2021 adalah minyak sawit nilai aktual 609 juta USD dengan potensi US$ 876,8 juta, kopi (green beans) nilai aktual US$ 54,7 juta.
Kemudian, kayu lapis/laminasi nilai aktual US$ 6,4 juta dengan potensi US$ 32,9 juta, kelapa kering nilai aktual US$ 5,4 jutadengan potensi US$ 28,2 juta.
Selain itu, minyak coklat nilai aktua US$l 5,4 juta dengan potensi US$ 13,8 juta, dan tuna kering/diawetkan nilai aktual US$ 3,3 juta dengan potensi US$ 23,2 juta. "Dengan data di atas, masih besar peluang dan potensi yang bisa kita maksimalkan untuk masuk pasar Mesir," tegas Teten.
Sebagai informasi, hadir dalam kesempatan tersebut Dubes RI untuk Mesir Lutfi Rauf dan Atase Pertambangan Kedutaan Besar Indonesia di Kairo Firman Adi Purwanto.
Selanjutnya: Jumlah lender fintech P2P lending terus bertambah, ini pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News