kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.979   146,15   2,14%
  • KOMPAS100 1.012   24,45   2,48%
  • LQ45 786   20,14   2,63%
  • ISSI 221   2,54   1,16%
  • IDX30 408   11,26   2,84%
  • IDXHIDIV20 481   13,82   2,96%
  • IDX80 114   2,52   2,26%
  • IDXV30 116   2,06   1,80%
  • IDXQ30 133   3,97   3,07%

Menkeu: Jika ICP US$ 100 per barel, defisit bertambah Rp17 triliun


Rabu, 09 Maret 2011 / 06:50 WIB
Menkeu: Jika ICP US$ 100 per barel, defisit bertambah Rp17 triliun
ILUSTRASI. Kegiatan industri terus semakin terlihat geliatnya di Kawasan Industri Kendal.


Reporter: Hans Henricus | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah mengkaji dampak gejolak Indonesia Crude Price (ICP) alias minyak mentah Indonesia terhadap defisit anggaran. Menteri Keungan Agus Martowardojo mengatakan jika ICP berada di level US$ 100 per barel, dan asumsi makro lainnya menyesuaikan dengan kondisi itu, maka defisit anggaran akan bertambah sekitar Rp 17 triliun.

Namun, kata Agus, angka defisit dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tidak akan melampaui 2%. "Jadi kita dalam keadaan baik," katanya usai rapat pembangunan jalan tol trans Jawa di Istana Wakil Presiden, Selasa (8/3).

Menurutnya, hingga saat ini pemerintah masih mewaspadai dan mengevaluasi pergerakan harga minyak mentah serta pengaruhnya terhadap ICP.

Tapi, Agus bilang, pemerintah belum berencana merubah komponen makro ekonomi dalam APBN 2011, termasuk belum berencana menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Selain harga minyak mentah, pemerintah juga mengawal target produksi minyak mentah (lifting) sebesar 970 ribu barel per hari.

Dalam APBN 2011, pemerintah mematok ICP sebesar US$ 80 per barel. Selain itu, defisit anggaran masih berada di level 1,8%

Agus menambahkan, dia juga sudah meminta BPH Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjaga konsumsi BBM bersubsidi tidak melampaui target APBN 2011 sebesar 38,6 juta kiloliter. Agus menyerahkan cara menahan konsumsi BBM bersubsidi itu kepada Kementerian ESDM.

Yang jelas, kata dia, akan terjadi dampak fiskal terhadap anggaran jika konsumsi BBM bersubsidi melampaui 38,6 juta kiloliter. "Dari Kementerian Keuangan, kalau ada dampaknya pada fiskal masih bisa dikelola," janjinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×