Reporter: Irma Yani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Defisit anggaran tahun ini berpotensi membengkak, melebihi yang ditetapkan pemerintah 1,8%. Hal tersebut, lantaran kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang saat ini tercatat jauh melebihi yang dipatok dalam asumsi makro sebesar US$ 80 per barel.
Namun, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, meski berpotensi membengkak, pemerintah akan berupaya agar defisit anggaran tidak melebihi 2%. "Kami dalam kajian ingin menjaga supaya fiskal sehat. Kami melakukan simulasi atau monitoring dengan patokan defisit tidak melebihi 2%. Dan kalaupun mengubah defisit, tidak akan melebihi 2%," ucapnya, akhir pekan lalu.
Agus menuturkan, meski tren kenaikan harga minyak dunia bersifat sementara, tetapi peningkatan ICP tentunya akan berdampak pada penerimaan dan belanja negara. Dengan demikian, akan ada koreksi defisit anggaran negara, melampaui asumsi 1,8% PDB dalam APBN 2011. Namun, ia tak memaparkan seberapa besar potensi defisit anggaran itu akan membengkak.
Lanjutnya, bila potensi pelebaran defisit ternyata lebih besar dari proyeksi, tetap akan dijaga 2% melalui penghematan pada pos-pos belanja negara yang kurang prioritas dan tidak produktif.
Menurut Agus, sejauh ini memang sejumlah asumsi makro mengalami deviasi dari target rata-rata setahun yang ditetapkan dalam APBN, antara lain, inflasi, ICP, SBI 3 bulan, dan nilai tukar Rupiah. Namun, Menkeu menegaskan, bahwa pemerintah belum akan merevisi APBN 2011. Pasalnya, semua itu merupakan kajian atau monitoring atas perkembangan berbagai asumsi makro ekonomi.
Sementara, ketika disinggung mengenai kemungkinan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, dia menegaskan pemerintah belum berencana menggunakan diskresi tersebut. Intinya, harus diupayakan realisasi volume BBM bersubsidi pada tahun ini jangan sampai melampaui kuota 36,5 juta kilo liter.
"Kalau seandainya pembatasan konsumsi BBM ditunda, dikhawatirkan volume akan meningkat. Jadi kalau menunda, tetap harus ada program untuk mencegah jangan sampai terjadi penggunaan BBM bersubsidi melebhi 38,5 juta kilo liter," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala BKF Kementerian Keuangan Bambang Brojonegoro berpendapat sama. Malah, dia mengatakan pihaknya telah melakukan kajian perihal potensi pembengkakan defisit anggaran. "Sudah (ada kajian), pokoknya tidak akan lebih dari 2%," singkatnya.
Namun, Bambang bilang, pemerintah tetap berupaya agar defisit anggaran sesuai target. "Seandainya lebih, penghematan tentunya prioritaslah. Itu tunggu diumumkan, saya tidak mau komen dulu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News