kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menkeu: Bonus demografi harus dimanfaatkan agar masyarakat tidak menua sebelum kaya


Kamis, 29 Agustus 2019 / 20:04 WIB
Menkeu: Bonus demografi harus dimanfaatkan agar masyarakat tidak menua sebelum kaya
Menkeu Sri Mulyani saat Manager Forum XLI MNC Group


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia diproyeksikan berpotensi mengalami bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2024 mendatang. Momentum ini tentu bisa jadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah. Ada negara yang berhasil mengelola bonus demografinya, namun ada pula yang tidak.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyatakan bahwa Indonesia harus memanfaatkan bonus demografi yang akan dihadapi beberapa tahun ke depan. Sehingga nantinya tidak mengalami krisis populasi yang tengah dialami China saat ini.

Baca Juga: Presiden Jokowi masih belum putuskan kenaikan iuran JKN

Negeri Tirai Bambu tersebut tengah menghadapi persoalan dimana kondisi demografinya, secara mayoritas adalah penduduk usia tua. Mayoritas penduduk tersebut tidak memiliki finansial yang baik untuk menopang masa tua mereka. Sedangkan di sisi lain angka kelahiran menurun.

"Indonesia akan kehilangan momentum jika tidak segera memanfaatkan bonus demografi, karena struktur penduduk berubah dengan sangat cepat. Jangan sampai di masa depan banyak penduduk Indonesia menua sebelum kaya," ungkap Sri Mulyani dalam acara Manager Forum XLI MNC Group di iNews Tower, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).

Saat ini Indonesia tengah menikmati bonus demografi dan mayoritas penduduk merupakan usia muda produktif. Oleh sebab itu, bonus ini harus dimanfaatkan sebelum akhirnya selesai pada tahun 2030 mendatang.

Baca Juga: Komisi XI DPR setuju pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3%

"Karena nanti yang muda ini akan semakin tua karena umur tidak bisa dilawan. Tapi kalau nanti anaknya malah lebih sedikit, semakin tua tapi tidak memiliki tabungan, maka yang ada Indonesia mendapatkan generasi yang semakin menua tanpa punya kecukupan menopang kehidupan masa tuanya," jelas Sri Mulyani.

Selain itu, Sri Mulyani juga menegaskan, jangan sampai pertumbuhan ekonomi rendah menjadi 'new normal' di Indonesia. Jika output gap semakin mengecil, pertumbuhan ekonomi sebesar 5% bisa dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi 'normal' tanpa mampu tumbuh lebih tinggi lagi.

"Kita juga masih ada potensi terjebak di dalam middle income trap, karena pembangunan selama ini belum mampu membawa Indonesia ke kategori negara maju. Kita perlu menggenjot produktivitas masyarakat," tuturnya.

Baca Juga: Sri Mulyani optimistis meski perang dagang berlanjut, ekonomi RI tetap bisa tumbuh 5%

Oleh sebab itu, Pemerintah bersama masyarakat perlu terus mendorong perekonomian dalam negeri, sehingga bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat menjadi high income dan tidak terjebak dalam middle income.

"Kita harus terus bekerja dan tidak boleh masuk ke middle income trap. Maka semua diperbaiki, seperti birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak efisien, hingga sumber daya manusia yang kualitasnya rendah," jelas mantan direktur Bank Dunia ini.

Dengan berbagai perbaikan tersebut, diharapkan pemerataan ekonomi terjadi, sehingga seluruh masyarakat Indonesia memiliki finansial yang kuat sebelum akhirnya menjadi tua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×