Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Tendi Mahadi
Selain itu, Sri Mulyani juga menegaskan, jangan sampai pertumbuhan ekonomi rendah menjadi 'new normal' di Indonesia. Jika output gap semakin mengecil, pertumbuhan ekonomi sebesar 5% bisa dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi 'normal' tanpa mampu tumbuh lebih tinggi lagi.
"Kita juga masih ada potensi terjebak di dalam middle income trap, karena pembangunan selama ini belum mampu membawa Indonesia ke kategori negara maju. Kita perlu menggenjot produktivitas masyarakat," tuturnya.
Baca Juga: Sri Mulyani optimistis meski perang dagang berlanjut, ekonomi RI tetap bisa tumbuh 5%
Oleh sebab itu, Pemerintah bersama masyarakat perlu terus mendorong perekonomian dalam negeri, sehingga bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat menjadi high income dan tidak terjebak dalam middle income.
"Kita harus terus bekerja dan tidak boleh masuk ke middle income trap. Maka semua diperbaiki, seperti birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak efisien, hingga sumber daya manusia yang kualitasnya rendah," jelas mantan direktur Bank Dunia ini.
Dengan berbagai perbaikan tersebut, diharapkan pemerataan ekonomi terjadi, sehingga seluruh masyarakat Indonesia memiliki finansial yang kuat sebelum akhirnya menjadi tua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News