kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Menkes: RPP Tembakau tidak larang menanam tembakau


Senin, 09 Juli 2012 / 13:24 WIB
Menkes: RPP Tembakau tidak larang menanam tembakau
ILUSTRASI. Petugas merapikan tempat tidur saat menyiapkan ruangan perawatan pada Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Pademangan, Jakarta. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Edy Can

JAKARTA. Kementerian Kesehatan menjelaskan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tembakau tidak melarang petani menanam tembakau. Bahkan, Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi menegaskan, aturan itu tidak melarang orang merokok.

Menurutnya, RPP Tembakau ini hanya bertujuan melindungi masyarakat dari zat-zat adiktif berbahaya yang terkandung dalam rokok. Nafsiah bilang, beleid itu hanya mengatur kadar TAR dan nikotin dalam setiap batang rokok. "Karena sekecil apapun zat adiktif itu tetap berbahaya. Jadi ini adalah fungsi utama RPP," tutur Nafsiah, Senin (9/7).

Nafsiah juga menegaskan, aturan ini bertujuan melindungi kaum perempuan terutama ibu hamil dan anak-anak agar tidak menjadi perokok aktif. Karena, lanjutnya, semakin muda usia seseorang mengenal rokok maka tingkat kecanduannya akan semakin tinggi dan juga akan semakin susah menghilangkan kecanduan itu.

Aturan ini juga akan mengatur mengenai besarnya iklan dan isi iklan rokok yang beredar secara luas. "Iklan mengenai rokok banyak yang menggambarkan bahwa kegiatan itu keren. Tapi pembuat iklan tidak mencantumkan bahaya yang merugikan kesehatan masyarakat," kata Nafsiah.

Asal tahu saja, RPP Tembakau yang dirancang pemerintah ini ditolak oleh sekelompok massa yang mengatasnamakan petani tembakau. Mereka menilai aturan itu akan mematikan usaha mereka.

Nafsiah sendiri menilai, petani tembakau banyak menderita kerugian akibat menanam tembakau. Menurutnya, penghasilan petani tembakau terbilang kecil dan minim jika dibandingkan dengan tengkulak.

Karena itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan sedang meneliti tanaman perdagangan yang lebih menguntungkan bagi petani. Salah satu penggantinya kemungkinan kopi atau cengkeh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×