Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meyakini, penjualan eceran pada Juni 2023 menurun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2023 yang sebesar 223,2 atau turun 0,1% mom dari IPR Mei 2023 yang sebesar 223,5.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan, penurunan penjualan ritel pada bulan laporan didorong oleh masyarakat yang menahan belanja.
Terlebih, masyarakat telah melewati momen Ramadan dan Idul Fitri yang jatuh pada bulan Maret 2023 dan April 2023.
Sehingga, "Pasca Lebaran, masyarakat lebih berhemat untuk kebutuhan lainnya. Apalagi tunjangan hari raya (THR) sudah lebih menipis," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (12/7).
Selain menahan belanja, masyarakat juga lebih selektif dalam melakukan konsumsi. Dalam hal ini, masyarakat akan lebih memprioritaskan belanja yang penting.
Baca Juga: Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Tahun Ini, Pemerintah Siapkan Dana Cadangan Jumbo
Seperti, jelang tahun ajaran baru, maka banyak dana yang dialokasikan untuk belanja pendidikan. Selain itu, masyarakat juga akan menggunakan dana untuk membayar cicilan.
Bhima juga menduga, penurunan penjualan ritel pada bulan Juni 2023 sehubungan dengan tingkat inflasi yang masih lebih tinggi daripada rata-rata pra Covid-19.
Memang, pada Juni 2023 inflasi telah turun ke 3,52% yoy dari 4,00% yoy pada bulan sebelumnya. Pun, ini sudah berada di kisaran sasaran BI yang sebesar 2% yoy hingga 4% yoy.
Namun, tingkat inflasi tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata inflasi pada masa pra pandemi Covid-19 yang sebesar 3% yoy.
Ke depan, Bhima memperkirakan penjualan ritel bisa tertahan karena tren belanja hati-hati masih akan diterapkan oleh masyarakat.
Baca Juga: Menakar Penurunan Keyakinan Konsumen pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sejumlah faktor akan memengaruhi. Seperti, kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi global akibat berlanjutnya perang Ukraina, krisis di Eropa, dan perlambatan ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia.
Plus, Indonesia makin dekat dengan tahapan Pemilihan Umum, sehingga menyebabkan masyarkaat kelas atas lebih hati-hati dalam berbelanja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News