kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.625   22,00   0,13%
  • IDX 8.166   -3,25   -0,04%
  • KOMPAS100 1.116   1,38   0,12%
  • LQ45 785   -0,49   -0,06%
  • ISSI 290   2,10   0,73%
  • IDX30 411   -1,02   -0,25%
  • IDXHIDIV20 464   1,23   0,27%
  • IDX80 123   0,22   0,18%
  • IDXV30 133   0,73   0,55%
  • IDXQ30 129   0,06   0,05%

Manufaktur Masih Loyo, Celios Curiga Insentif Pajak Hanya Perkaya Pemilik Usaha


Senin, 25 Agustus 2025 / 16:26 WIB
Manufaktur Masih Loyo, Celios Curiga Insentif Pajak Hanya Perkaya Pemilik Usaha
ILUSTRASI. Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025). Pemerintah menargetkan nilai investasi di KEK Industropolis Batang sebesar Rp75,8 triliun dalam lima tahun ke depan dengan target dapat menyerap tenaga kerja hingga 58.145 orang dengan pengembangan berfokus pada tiga sektor utama yaitu manufaktur, logistik, dan distribusi. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/tom.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setiap tahun, sektor manufaktur atau industri pengolahan menjadi sektor penerima belanja perpajakan terbesar.

Misalnya pada tahun 2021, belanja perpajakan untuk industri pengolahan sebesar Rp 72,3 triliun dan terus meningkat hingga 2026 direncanakan menjadi Rp 141,7 triliun.

Kendati begitu, meski industri pengolahan terus mendapatkan belanja perpajakan dengan nilai jumbo, kinerja sektor manufaktur masih menunjukkan pelemahan.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, belanja perpajakan yang dikucurkan pemerintah untuk sektor industri manufaktur belum memberikan hasil optimal.

Baca Juga: Mengukur Dampak Pembatasan Pasokan Gas Terhadap Industri Manufaktur

Alih-alih mendorong ekspansi usaha, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan produksi, kinerja manufaktur justru menunjukkan tren perlambatan.

“Ketika belanja perpajakan sektor industri manufaktur belum berhasil mengangkat kinerja sektor tersebut, maka ada yang salah dengan pemberian insentifnya,” ujar Huda kepada Kontan.co.id, Senin (25/8/2025).

Menurutnya, secara konsep, belanja perpajakan adalah insentif yang seharusnya membantu pelaku usaha memperoleh tambahan modal untuk ekspansi, menambah produksi, dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.

Baca Juga: Sektor Manufaktur RI Lesu, Sektor Mebel dan Kerajinan Ikut Tertekan

“Saya curiga, insentif yang diberikan hanya untuk memperkaya owner dari perusahaan tersebut atau hanya memperbesar uang kas perusahaan,” tegasnya.

Huda menambahkan, tren perlambatan manufaktur tercermin dari data pertumbuhan sektor tersebut hingga kuartal I-2025.

Selain itu, kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional juga terus menyusut. Kondisi ini, menurutnya, menjadi indikasi adanya deindustrialisasi prematur atau dini.

Baca Juga: Sektor Manufaktur Masih Loyo Meski Disuntik Insentif Jumbo, Ini Penyebabnya

Selanjutnya: IHSG Menguat 0,87% ke 7.926, Saham Big Banks Kompak Menghijau

Menarik Dibaca: 15 Minuman Diet Alami Penurun Berat Badan yang Bisa Dibuat di Rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×