kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Makin rendah, Kemenkeu proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,05% pada 2019


Rabu, 27 November 2019 / 11:22 WIB
Makin rendah, Kemenkeu proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,05% pada 2019
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia II, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (22/11). Kemenkeu menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi hanya pada level 5,05% di akhir tahun 2019.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu), terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin rendah. Pada akhir 2019, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 5,05%.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, proyeksi tersebut sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang kian menurun. Ekonomi dunia tahun ini diramal hanya akan tumbuh 3%, level terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam dan jauh di bawah proyeksi awalnya yang sebesar 3,7%.

Begitu juga dengan pelemahan volume perdagangan dunia yang sampai akhir tahun diprediksi hanya tumbuh 1,1%. Volume perdagangan dunia tumbuh jauh lebih lambat dibandingkan 3,6% pada 2018 dan 5,5% pada 2017.

Baca Juga: Siapkan recovery plan, Bank Mandiri baru akan bermasalah jika kurs sentuh Rp 37.000

“Tekanan dari gejolak perekonomian global sudah terjadi bahkan sejak ujung awal tahun 2019 ini dan kenyataannya memang berpengaruh pada perekonomian domestik kita Indonesia,” ujar Suahasil pada sambutan The 3rd Banking Forum Consumer Banking School 2019, Rabu (27/11).

Setidaknya ada tiga jalur pengaruh pelemahan ekonomi global terhadap ekonomi Indonesia, menurut Suahasil. Jalur pertama pada pasar finansial yang sejauh ini justru menikmati dampak positif aliran modal asing baik pada pasar SBN, saham, hingga pasar Surat Berharga Bank Indonesia (SBI) akibat tren penurunan suku bunga global dan tingginya ketidakpastian pada pasar finansial negara maju.

Jalur kedua pada pertumbuhan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI). Berbanding terbalik dengan pasar finansial, Indonesia belum mengalami dampak positif pada FDI di tengah gejolak global ini. “Sebenarnya dampak positif yang besar kita harapkan dari jalur ini karena sifatnya lebih ajeg, berbeda dengan upside di pasar finansial yang sangat temporer,” tutur Suahasil.

Baca Juga: Indef usulkan adanya APBN-P 2020, ini pemicunya

Namun dalam menggaet FDI, dia mengakui, kepercayaan investor pada aspek makroekonomi yang stabil belum cukup. Dibutuhkan juga kepercayaan pada aspek seperti infrastruktur, ketenagakerjaan, regulasi serta perizinan yang kini sedang pemerintah upayakan.

Jalur ketiga ialah pada perdagangan yaitu ekspor dan impor Indonesia. Dengan menurunnya volume perdagangan dunia, kinerja perdagangan barang dan jasa di dalam negeri pun terimbas.

Ekspor tertekan sepanjang tahun ini, begitu juga dengan impor. Padahal, industri umumnya masih membutuhkan impor yang tinggi untuk memproduksi.

Kendati begitu, Suahasil menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif kuat jika dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan sejumlah negara lainnya. “Kita lihat Singapura bahkan tidak tumbuh atau pertumbuhannya 0% karena sangat terpengaruh kondisi perdagangan. Jepang juga hanya 0,9%, dan yang paling signifikan adalah China yang tumbuhnya makin mendekati level bawah 6%,” terang mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu itu.

Baca Juga: Pemerintah andalkan dana perlindungan sosial jadi penopang pertumbuhan ekonomi 2020

Pertumbuhan konsumsi domestik, lanjutnya, masih menjadi penopang utama PDB dengan porsi mencapai 57,8% dan sumbangsih 1,83% terhadap pendapatan nasional di kuartal ketiga lalu. Suahasil optimistis, dengan kondisi inflasi yang stabil pada kisaran 3% sejak 2015 lalu, serta fungsi stabilisasi APBN yang berjalan efektif, daya beli masyarakat dan pertumbuhan konsumsi domestik bisa tetap tinggi. “Kita berusaha pertumbuhan ekonomi pada level 5% tetap terjaga meski saya mengerti aspirasinya bisa di atas itu,” tandas Suahasil.

Adapun, proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi kian menjauh dari target awal yaitu sebesar 5,3% dalam APBN 2019. Pada pertengahan tahun, dalam Laporan Semester I APBN 2019, Kemenkeu menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2%.

Baca Juga: Penerbitan SBN harusnya memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi

Tak berselang lama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan target pertumbuhan ekonomi yang makin menurun yaitu 5,08%. Proyeksi tersebut memperhitungkan kondisi ekonomi global yang makin tertekan, serta ekonomi domestik yang juga minim katalis. Saat ini, Kemenkeu menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi hanya pada level 5,05% di akhir tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×