kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lolos sertifikasi, inilah sejarah pembuatan pesawat terbang N-219 Nurtanio


Selasa, 29 Desember 2020 / 08:03 WIB
Lolos sertifikasi, inilah sejarah pembuatan pesawat terbang N-219 Nurtanio
ILUSTRASI. Lolos sertifikasi, inilah sejarah pembuatan pesawat terbang N-219 Nurtanio. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/kye/18


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Harian Kompas pada 26 Januari 2015 memberitakan, salah satu kunci penting pesawat terbang N-219 Nurtanio ada pada sistem aerodinamika dan avionik. Sistem aerodinamika pesawat terbang N-219 Nurtanio mirip pendahulunya, N250 dan CN235, yang dibuat tahun 1990-an.

Jauh lebih mudah ketimbang kompetitor yang mengandalkan desain tahun 1960-an. Itu memberi keunggulan meraih kecepatan minimal untuk daya angkat (stall speed) 59 knot. Stabil pada kecepatan rendah bisa memberi keuntungan saat pesawat harus bermanuver melintasi daerah sempit di antara tebing tinggi.

Aerodinamika perpaduan dari N250 dan CN235 juga memungkinkan pesawat terbang N-219 Nurtanio mendarat mulus meski landasannya rumput atau tanah sepanjang 500 meter.

Mesin pesawat terbang N-219 Nurtanio yang menggunakan produk Pratt & Whitney ini dirancang untuk tetap berkinerja baik pada daerah dengan tekanan udara rendah dan suhu tinggi. Meski termasuk mesin pesawat generasi lama, Pratt & Whitney dipilih karena lebih banyak teknisi yang memahaminya dan suku cadang banyak tersedia.

Pesawat itu didesain mampu menerbangi wilayah pedalaman Pegunungan Papua dengan ketinggian lebih dari 6.000 kaki atau 1.800 meter.

Baca juga: 25 Kelurahan di Jakarta dengan kasus Covid-19 aktif tertinggi, Cilandak Barat nomor 1

Uji terbang pesawat terbang N-219 Nurtanio

Pada 2017, pesawat terbang N-219 Nurtanio berhasil menjalani penerbangan perdana dari landasan pacu Bandara Udara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Pesawat terbang N-219 Nurtanio berhasil terbang selama 30 menit pada ketinggian hingga 8.000 kaki atau sekitar 2.400 meter di atas kawasan Batujajar dan Waduk Saguling, Bandung Barat.

Melihat keberhasilan pesawat terbang N-219 Nurtanio itu, sebagian karyawan berteriak haru, berkaca-kaca, berpelukan bahagia, dan sujud syukur. Rencana uji terbang pesawat terbang N-219 Nurtanio tersebut sebenarnya dilakukan pada 2016, tetapi proses sertifikasi yang ketat membuat rencana itu mundur dan baru terlaksana pada 2017.

Hingga saat ini, prototipe pesawat terbang N-219 Nurtanio pertama telah melalui 275 jam terbang, sementara prototipe kedua sekitar 170 jam.

Produksi awal pesawar N219 akan dibuat empat unit per tahun dengan menggunakan kapasitas produksi yang tersedia saat ini. PTDI akan menambah fasilitas produksi dengan sistem modern pada bagian produksi.

Sehingga, secara bertahap kemampuan untuk memproduksi pesawat terbang N-219 Nurtanio terus meningkat sesuai kebutuhan pasar. Pesawat terbang N-219 Nurtanio nantinya terdiri dari beberapa versi.

Salah satunya, amphibi yang dapat lepas landas di permukaan air selain di bandara biasa. Dengan inovasi transportasi udara tersebut, pada masa mendatang terbuka kemungkinan dicapainya semua tujuan destinasi pariwisata laut di Tanah Air dengan cepat menggunakan pesawat terbang N-219 Nurtanio jenis amphibi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lolos Sertifikasi, Ini Perjalanan Panjang Pembuatan Pesawat N219"


Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Jihad Akbar

Selanjutnya: Pesawat terbang N-219 Nurtanio buatan anak bangsa lolos uji, ini kemampuannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×