kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Lima perusahaan ini paling rentan terdampak pelemahan rupiah versi Moody's


Kamis, 13 September 2018 / 14:02 WIB
Lima perusahaan ini paling rentan terdampak pelemahan rupiah versi Moody's
ILUSTRASI. Moodys Investors Service


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski fundamental ekonomi sehat dan kerangka kebijakan yang diperkuat, Moody Investors Service melihat Indonesia memiliki risiko kredit akibat depresiasi nilai tukar rupiah. Sebab, pemerintah dan korporasi di Indonesia bergantung pada utang luar negeri (ULN).

Analis Senior Moody's Joy Rankothge menilai, depresiasi rupiah hingga saat ini masih memiliki dampak terbatas terhadap utang. Tapi, depresiasi lebih lanjut bisa berdampak negatif terhadap ekonomi secara luas.

"Depresiasi tambahan dalam rupiah akan mendorong kenaikan utang dan biaya pembayaran utang, memperburuk kerentanan eksternal, dan menambah tekanan inflasi," kata Rankothge yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (13/9). 

Tak hanya itu, profil kredit korporasi yang lebih lemah dan kualitas aset bank juga dapat mengurangi investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Sejak Februari 2018 hingga saat ini, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi lebih dari 9%. Walaupun, tingkat depresiasi tersebut masih lebih rendah dibanding beberapa mata uang lainnya.

Selain depresiasi rupiah, kenaikan suku bunga juga membebani korporasi. Khususnya, melalui kapasitas pembayaran utang korporasi dan kualitas aset bank.

Berdasarkan laporan Moody's, setidaknya ada empat perusahaan yang dinilai rentan terhadap depresiasi rupiah lebih lanjut. Keempatnya, yaitu PT Lippo Karawaci Tbk, PT Alam Sutera Realty Tbk, PT MNC Investama Tbk, dan PT Gajah Tunggal Tbk .

"Sebagian besar utang mereka dalam mata uang dolar, sementara arus kas mereka dalam rupiah," tambahnya.

Selain itu, depresiasi rupiah kemungkinan juga menjadi tantangan beberapa perusahaan infrastruktur. Misalnya, PT PLN yang utangnya sebagian besar dalam mata uang dollar, tetapi pendapatannya sebagian besar dalam bentuk rupiah. "Dalam hal kebutuhan, Moody's mengharapkan bahwa pemerintah Indonesia akan mendukung perusahaan," tambah Moody's.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×